Melupakan kesalahan orang yang tertuju kepada kita, akan menyehatkan pikiran. Pikiran yang sehat akan menjadi lebih produktif dan berenergi. Sedangkan pikiran yang sakit akan segera sehat dan menemukan kesegarannya kembali….
Sebaliknya, mengingat kesalahan orang apalagi mempermasalahkannya justru akan membuat hati yang sehat menjadi sakit, yang sakit semakin terluka. Dan hati yang terluka takkan memberikan pemiliknya kesempatan untuk bahagia.
Tegakkan keadilan atas kesalahan yang ditujukan kepada orang-orang. Sebab membiarkannya bisa menimbulkan kezaliman dan kesewenangan sosial. Tetapi tebarkan kebaikan bagi kesalahan yang ditujukan kepada kita. Dan kebaikan yang pertama adalah memaafkan dan melupakannya.
Kita mungkin terlalu suci untuk memaafkan kesalahan orang-orang karena ingin membahagiakan mereka. Tetapi, demi kesehatan dan kenyamanan hati kita sendiri, maafkan dan lupakan….
Ketika seseorang memaafkan orang yang dibenci, seketika itu juga beban emosinya berkurang. Berat-ringannya memaafkan orang itu berkaitan dengan besar-kecilnya rasa kesal atau dendam kita kepada seseorang. Semakin dalam rasa kekesalan,kebencian, dan permusuhan kita kepada seseorang, semakin berat kita untuk memaafkannya. Namun, kalau kita bisa memaafkan, muncul rasa lega dan dada terasa lapang.
Bukankah menyimpan rasa benci dan dendam merupakan beban di manapun kita berada? Rasa benci itu juga bagaikan luka. Bila kebencian sudah berubah menjadi dendam yang menuntut balas, luka itu semakin perih sebelum dendam itu terlaksana. Namun, ketika dendam terlaksana, benarkah luka dan beban berat yang dipikul ke mana-mana tadi akan hilang? Pengalaman seharihari akan mengatakan, “Tidak,” dan permusuhan akan meningkat, yang berarti semakin dalam kita menyayat kulit hati yang telah terluka dan perih tadi.
Jadi, bukankah sesungguhnya memaafkan itu suatu terapi jitu untuk kesehatan kita sendiri? Begitu kita memaafkan seseorang, beban berkurang, luka membaik. Bila benci serta dendam telah hilang sama sekali dari hati kita, kehidupan menjadi sehat dan ringan kita jalani. Orang yang memelihara kebencian dalam dirinya seperti orang yang memelihara penyakit.Itu sungguh suatu tindakan yang bodoh dan konyol. Kalau ingin sehat, jadilah pribadi pemaaf.
Jangan biarkan berlama-lama dendam dan kebencian bersemayam di hati. Jangan segansegan mengucapkan terima kasih dan permohonan maaf serta saling memaafkan setiap hari. Namun, mesti dijalani secara tulus agar hati kita terputihkan. Di Indonesia tradisi maaf memaafkan secara massal telah dilembagakan dalam acara Hari Raya Lebaran. Yang muda berkunjung kepada saudara ataupun tetangga yang lebih tua. Ini tradisi sangat bagus yang mesti dilestarikan dari generasi ke generasi.
Ketika seseorang memaafkan orang yang dibenci, seketika itu juga beban emosinya berkurang. Berat-ringannya memaafkan orang itu berkaitan dengan besar-kecilnya rasa kesal atau dendam kita kepada seseorang. Semakin dalam rasa kekesalan,kebencian, dan permusuhan kita kepada seseorang, semakin berat kita untuk memaafkannya. Namun, kalau kita bisa memaafkan, muncul rasa lega dan dada terasa lapang.
Bukankah menyimpan rasa benci dan dendam merupakan beban di manapun kita berada? Rasa benci itu juga bagaikan luka. Bila kebencian sudah berubah menjadi dendam yang menuntut balas, luka itu semakin perih sebelum dendam itu terlaksana. Namun, ketika dendam terlaksana, benarkah luka dan beban berat yang dipikul ke mana-mana tadi akan hilang? Pengalaman seharihari akan mengatakan, “Tidak,” dan permusuhan akan meningkat, yang berarti semakin dalam kita menyayat kulit hati yang telah terluka dan perih tadi.
Jadi, bukankah sesungguhnya memaafkan itu suatu terapi jitu untuk kesehatan kita sendiri? Begitu kita memaafkan seseorang, beban berkurang, luka membaik. Bila benci serta dendam telah hilang sama sekali dari hati kita, kehidupan menjadi sehat dan ringan kita jalani. Orang yang memelihara kebencian dalam dirinya seperti orang yang memelihara penyakit.Itu sungguh suatu tindakan yang bodoh dan konyol. Kalau ingin sehat, jadilah pribadi pemaaf.
Jangan biarkan berlama-lama dendam dan kebencian bersemayam di hati. Jangan segansegan mengucapkan terima kasih dan permohonan maaf serta saling memaafkan setiap hari. Namun, mesti dijalani secara tulus agar hati kita terputihkan. Di Indonesia tradisi maaf memaafkan secara massal telah dilembagakan dalam acara Hari Raya Lebaran. Yang muda berkunjung kepada saudara ataupun tetangga yang lebih tua. Ini tradisi sangat bagus yang mesti dilestarikan dari generasi ke generasi.
Memaafkan kesalahan orang untuk kebahagiaan kita, adalah lebih baik. Sebab, sebuah kebahagiaan selalu menebar energi positif kepada orang-orang yang berada dalam pusaran seseorang. Maka memaafkannya akan menyehatkanmu....

0 komentar:
Posting Komentar