Minggu, 17 April 2011

Para Pencari Tuhan

Tidak henti-hentinya manusia memperdebatkan tentang Tuhan. Dari berbagai pemikiran dan berbagai pandangan. Dari yang mengaku beragama maupun yang dituduh tidak beragama. Seorang Karl Marx mengatakan bahwa Tuhan adalah hasil dari pemikiran manusia. Tuhan hanyalah suatu rekayasa pikiran tentang cita-cita menjadi bagaimana seharusnya seorang manusia, yang tidak mampu dicapai di alam nyata. Tuhan adalah wujud eksistensi seorang manusia di dalam angan-angan.

Hal ini menjadikan agama yang memuja Tuhan hanyalah sebagai wadah pelarian manusia dari persoalan-persoalan yang dihadapi. Sebagai suatu pelarian, maka agama mirip dengan candu, yang sering digunakan oleh orang untuk lari dari persoalan. Kemudian muncul istilah yang sangat populer dari kalangan marxis yaitu agama adalah candu rakyat. Kesimpulan ini diperoleh setelah Karl Marx melihat bagaimana perilaku masyarakat Eropa terhadap agamanya.

Tapi pandangan ini ditolak oleh kalangan agama. Seorang teolog, Frans Magnis Suseno mengatakan bahwa kalangan marxis berani mengklaim bahwa agama adalah candu, padahal mereka sendiri tidak memahami bagaimana sebenarnya agama (Kristen). Seorang cendikiawan muslim Jalaluddin Rakhmat, hanya menyayangkan bahwa ketika itu kalangan marxis tidak mencoba berkenalan dulu dengan Islam, kalau sudah kenal, dia jamin maka perkataan agama adalah candu tidak akan keluar.

Seorang sufi kontroversial bernama Al Hallaj lain lagi. Dia mengatakan bahwa “ana al-haq,” “akulah sang Kebenaran” maksudnya akulah Tuhan. Sebagian sufi mengatakan bahwa Al Hallaj berkata seperti itu menunjukkan suatu bentuk pengakuan yang sangat tinggi terhadap Tuhan, sekaligus kerendahan hati yang sangat dalam bahwa manusia itu tidak ada apa-apanya. Tidak ada sesuatu pun yang eksis selain Tuhan. Manusia sebenarnya tidak ada, yang ada hanyalah Tuhan. Jika Tuhan ada dan manusia jg ada, berarti ada dua hal yang eksis. Adanya hal hal lain yang eksis diluar Tuhan berarti suatu ‘pelecehan’ terhadap eksistensi Tuhan. (rumit memang..)

Berangkat dari kesadaran seperti itu maka kemudian munculah kesimpulan ‘aku lah Tuhan’ dari Al-Hallaj. Tapi karena perkataannya ini dianggap syirik bahkan gila dan dapat meracuni masyarakat, maka akhirnya Al-Hallaj dihukum mati oleh Khalifah.

Seorang Sartre mengatakan bahwa tidak ada kekuasan di luar diri manusia, manusia sendiri lah yang berkuasa atas dirinya. Tidak ada kekuasaan Tuhan. Pemikiran ini kemudian dikenal dengan sebutan eksistensialisme. Seorang Nitsche agak mirip dengan Sartre, tapi lebih gila lagi, dia mengaku telah membunuh Tuhan. Luar biasa….
Masalah Tuhan dan pencariannya ini dapat kita rujukkan pada Nabi Musa, Nabi Musa pernah bertanya “Ya Allah, dimana aku harus mencari-Mu?”, lalu Allah menjawab, “Carilah Aku di antara orang-orang yang hancur hatinya”

Tuhan seperti ingin mengalihkan hasrat manusia untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan tempat,zat dan wujud Nya. Dia tidak menjawab lansung pertanyaan Nabi Musa, tapi justru malah ingin menunjukkan keberpihakan dan kecintaan Nya terhadap orang-orang yang hancur hatinya. Orang-orang yang ditimpa musibah, orang-orang yang dianiaya dan orang-orang yang tertindas adalah mereka-mereka yang hancur hatinya.

Bukan hanya itu, mereka-mereka yang digusur untuk proyek-proyek pembangunan, mereka yang dimiskinkan oleh sistem ekonomi, mereka yang dihina harkat kemanusiaannya, mereka yang dikalahkan walaupun benar, dan mereka-mereka yang dipinggirkan dalam partisipasi politik, adalah orang-orang yang hancur hatinya. Maka kesanalah seharusnya energi diarahkan.

Persoalan pencarian, pendekatan dan kecintaan kepada Tuhan, harus diterjemahkan kedalam bentuk pengabdian kepada kemanusiaan. Wallohu A'lam bishowab

0 komentar:

Posting Komentar

Cermin

Cermin
 
© Copyright 2035 Jaahil Murokkab