Meski manusia terbakar habis, atau diliang-lahatkan badannya,
ditimbun dan dimakan cacing, namun dia-nya tetap tertawa,
karena sungguh aku-nya masih tetap hidup, entahlah
Manusia telah mati ribuan kali, namun abunya masih-selalu
bernyanyi-menari dan lahir kembali dengan ribuan wajah baru,
diri-tanahnya selalu-masih bekerja, mencari makan dan bernafas..
bahkan kematian itu sendiri adalah perkawinan dengan keabadian,
karena saat itu dia telah mengakhiri kerinduannya untuk bertemu,
jika kepandaianmu merasa bodoh dengan kalimat-kalimat di atas,
mari silahkan kau pukul tembok itu, tapi asal dengan kepalamu...
Tetap saja tidak kau temukan jawabnya...
Jaahil Murokkab
Jumat, 25 Oktober 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Cermin

0 komentar:
Posting Komentar