Rabu, 21 Agustus 2019

Sehari-hari Bertauhid

Tauhid. Menurut pengertian sehari-hari saya, tauhid itu bukan (sekedar) meng-satu-kan atau meng-esa-kan atau meng-ahad-kan Tuhan. Sebab Tuhan, mau dibagaimanapun tetap ahad. Tetap satu. Satu yang bukan angka, bukan pula kerangka. Satu-Nya "laisa kamitslihi syaiun". Sekalipun seluruh manusia seplanet bumi menyekutukan atau menduakanNya setiap hari, Huwa tetap ahad. Sebagaimana yang ditegaskan oleh "Qul huwa Allahu ahad".

Tauhid (justru) adalah menyatukan Makhluk Tuhan yang selalu punya kecenderungan untuk bercerai berai. Terutama bagi makhluk jin dan manusia. Yang sukanya bikin kelompok-kelompok lalu dengan gampangnya bertengkar, menganggap perbedaan itu bukan rahmat melainkan alat untuk saling menghancurkan. Yang tidak mau mentadabburi bahwa perbedaan itu sengaja Tuhan ciptakan sebagai peluang-peluang untuk saling berkasih sayang dan bermesraan satu sama lain.

Tauhid adalah kesadaran lahir bathin makhluk yang berbeda-beda dalam banyak hal tapi tidak lupa berdzikir bahwa Tuhan tetap satu adaNya. Tauhid islam mengajak untuk membangun kerjasama dan kebersamaan antar makhluk. Juga sebagai kritik universal untuk mereka-mereka yang hobinya bikin geng-geng religius lantas saling mengkafirkan, yang kebiasaannya membanggakan diri, menyombongkan organisasi dan komunitasnya, angkuh karena nasab-keluarga, suku, ras, bangsa, agama, aliran, Mazhab, sekolah-kampus, parpol atau seterusnya. Juga bagi mereka-mereka yang profesional kerjanya adalah merancang perang-perang panjang, mengadakan proyek adu domba, serta menyelengarakan berbagai pesta nuklir dan lautan darah. Maka Tauhid sebagai media kasih sayang dari Tuhan didatangkan untuk menghindarkan dan menghentikan semua kemungkinan dan realitas yang memalukan itu.

Tauhid Islam hadir untuk memberikan wawasan keilahian beupa tawaran "lita'arofu" sebagai metodolgy tahap awalnya. Mempertemukan dan mengenalkan. Mendekatkan mereka yang berjauh-jauhan secara ruhani, untuk bersama-sama menyalakan cahaya perdamaian---meskipun kenyataannya mereka berbeda-beda. sehingga kelak akan ada rasa saling pengertian, saling menghargai, saling menghormati, saling menyayangi, saling menyati, saling mencintai dan akhirnya mampu untuk saling menyelamatkan (Muslim) dan saling memberi rasa aman satu sama lain (mukmin). Puncaknya adalah "Inna akromakum 'indallah atqokum----menjadi manusia taqwa" yang rahmatan lil'alamiin. Bukan "laknatan Lil'alamiin".

Akan tetapi, tetap saja ini hanyalah tawaran saja, sebab "laa ikroha fiddiin" memang diperuntukkan bagi manusia yang telah difasilitasi teknologi qolbu dalam rangka "yafqohuuna bihaa". Makhluk Tuhan yang paling "ahsani taqwiim", yang diberi potensi kelebihan berfikir, keistimewaan merenung di goa hiranya, bermeditasi, meneliti, mengkaji, mengaji dan mentadabburi ayat-ayatNya. Meskipun demikian, tawaran Tuhan ini kadang-kadang harus dimaknai sebagai ujian bagi manusia yang konon banyak juga menjadi besar kepalanya karena merasa bangga sebagai ciptaan paling lengkap dan sempurna dibanding ciptaan Tuhan yang lain. Sehingga seringkali tidak " yatafaqqahu fiddiin" bahkan banyak yang meremehkan dan merendahkan ciptaan lain. Persis kelakuan dan keakuan iblis. Mari berlindung kepada Tuhan dari trik dan tipuan setan dalam pikiran kita yang terkutuk ini.

Akhirnya, tauhid harus dipahami dengan penuh kerendahan hati. Dan manusia juga harus sadar bahwa tidak semua hal bisa mereka kuasai, tidak setiap masalah bisa mereka selesaikan. Seperti persoalan yang telah-sedang-akan menimpa Indonesia dan umat islam, disitu Tuhan bekerja dengan begitu senyap dan sangat misterius. Maka tidak ada cara lain selain senantiasa memohon pertolongan dan pengasuhanNya yang maha agung. Juga apa saja yang melanda fikiran dan hati, selalu kita sandarkan kepadaNya---Huwa Allahu Ahad. Ditemani oleh cahaya abadi Baginda Muhammad Rasulullah Saw. Mulailah dari diri sendiri dan keluarga. Berkeluarga dan menjaga sakinah-mawadah-warahmahnya adalah cahaya tauhid yang berpendar-pendar. Di dalamnya adalah Penyatuan dua insan yang pasti berbeda karakternya, penyatuan dua keluarga, penyatuan bathin antar individu setiap keluarga. Sehingga lahirlah kebersamaan dan kemesraan karena hadirnya kasih sayang di dalamnya. Peristiwa saling memahami, saling menyempurnakan, juga adanya frekwensi pemaafan, masing-masing mengerti syariat, tentang kewajiban dan haknya, saling mendoakan, bekerja sama saling menempatkan diri pada posisi-perannya, dan sebagainya.

Mulailah dari yang sederhana. Peristiwa tauhid bisa kita saksikan, lakukan dan rasakan di mana saja kapan saja. Tauhid adalah berkumpul, berbagi senyum dan saling menghibur. Tauhid adalah bertemu, bersilaturahmi dan berdiskusi. Tauhid adalah sholat berjamaah, dzikir bersama, menjenguk yang sakit, menolong yang butuh, menyapa yang kesepian, gotong royong, kerja bakti sosial, melestarikan alam, menyayangi binatang, mentraktir teman minum kopi, menikah, main teater dan atau bermain musik. Tauhid adalah memerangi kebodohan dan kedangkalan berfikir, melawan ego diri sendiri, menegakkan yang runtuh, membangkitkan yang jatuh, menerangi yang gelap, memperbaiki yang rusak, membersihkan yang kotor, dan silahkan anda terus kan sendiri.

Tauhid adalah persatuan Indonesia, kemesraan umat manusia seluruh dunia, dan kebersamaan cinta semua makhluk beribadah-mengabdi kepada Allah Swt. Wallohu a'lam

0 komentar:

Posting Komentar

Cermin

Cermin
 
© Copyright 2035 Jaahil Murokkab