“Human interest adalah penjelajahan terbesar seorang petualang”
Apabila Sahabat seorang peminat olahraga mendaki gunung yang serius tentunya setelah pendakian pertama Sahabat tidak kapok dan berhenti begitu saja, namun mencari informasi-informasi yang relevan untuk pendakian selanjutnya. Dan begitulah seterusnya sampai Sahabat lupa telah berapa gunung yang didaki atau pendakian yang keberapa yang Anda lakukan.
Setelah melakukan pendakian gunung yang pertama, bahkan yang kesekian kalinya, maka kita mulai mendapatkan gambaran yang obyektif tentang sebuah pendakian. Kita telah merasakan perlunya memperhitungkan waktu pendakian, perlengkapan standar untuk sebuah perjalanan yang nyaman berikut memahami prosedur keamanan sebuah perjalanan.
Because it is there?
Bagi seorang pendaki gunung sering terbersit pemikiran yang simpel, yaitu mendaki gunung cukuplah sebagai mendaki gunung. Tak perlulah seorang pendaki membuat dan memikirkan argumentasi sedemikian rupa untuk menjelaskan kenapa mereka melakukannya. Toh, bagi orang awam apapun argumentasinya, kegiatan mendaki gunung tetaplah dianggap hal yang tak masuk di akal.
Maka Sir George Leigh Mallory (1886-1924) –-hilang dalam expedisi Everest 1924– hanya menjawab singkat setengah kesal “Because it is there…” saat ditanya kenapa ia ingin menaklukan puncak gunung. Segera saja umpatan singkat itu diimbuhi dengan seabreg filosofi pendakian yang berat dan populer hingga kini, walau sebuah rumor –yang tak perlu Anda percayai– menyebutkan Sir Mallory saat itu sedang terburu-buru menuju ke toilet.
Tapi bagi seorang “Real Backpaker” tetaplah mendaki gunung dengan visi dan misi yang paling sempurna, dengan niat dan orientasi yang paling agung, dengan motivasi yang dapat dipertanggungjawabkan dihadapan sang Pencipta gunung! Karena, wahai sahabat, besok, kelak, kaki, tangan, mulut kita kan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang tlah dikerjakannya.
Tapi bagi seorang “Real Backpaker” tetaplah mendaki gunung dengan visi dan misi yang paling sempurna, dengan niat dan orientasi yang paling agung, dengan motivasi yang dapat dipertanggungjawabkan dihadapan sang Pencipta gunung! Karena, wahai sahabat, besok, kelak, kaki, tangan, mulut kita kan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang tlah dikerjakannya.

0 komentar:
Posting Komentar