Selasa, 22 Oktober 2013

Bukan Tongkat Musa

Setiap bercerita aku tak pernah berkisah
Tubuhku mendunguiku, ternyata itu tanya
Lapar lebih kenyang dibanding makan, mengapa
Tidur lebih melelahkan daripada terjaga, kenapa
Diam lebih ramai dan gaduh dari teriak, bagaimana
Hidupku menghinaku, matiku tak kutau
Dalam mimpi, aku membalik kepalaku
Butuh seribu satu dua sunyi, bahkan lebih
Untuk menemukan bunyi, mungkin letih
Kucoba astaga menghiraukan benalu telinga
Jika begitu, sudahi meludahi  kata-katamu

Aku ingin segera sembuh dari lupa
Agar bisa kubangun tapak dengan luka
Lalu kubelah laut air mata dengan hingga
Sebelum kelopak mataku terkatup dan
Tak lagi bisa buka

Mudah saja, buang unsur batang tubuhmu
Cukup hilang dan tak punya apa dan siapa
Atau memilih merobek gelas yang batu
Seperti dimana paduan suara kucing anjing
Menodong kekosongan dengan sampah
Atau mendongak kebawah lewat  sumpah

Ada pengemis di lereng pintu kaki bersepatu
Aku usir pakai kepalan tapi harus tanya dulu
Kurasa dia yang telah menemukan bangkaiku
Meski akulah yang telah lama mencari kemana
Menjalar jauh keluar untuk kembali kedalam
Kau baca suratku, tapi tak sepatah katapun, dan
Tak sebongkah kalimatpun kau mengerti, katanya
Jika bertambah tua, maka apa aku bertambah lunak
Kau tidak percaya dengan rangkaian dirimu,
Sampai kau menggeledah ke antah berantah
Kau bukan lagi milik tuhan, tapi milik dunia
Ada yang selalu mengintai meja kerjaku

Wahai musa darah daging imran,
Ularkan tongkatmu, lahap bodohku
Telanlah yang menjadikanku tursina
Rajamlah upaya yang memfiraunkanku
Yang menipu utaraku menjadi selatan
Wahai musa darah bathin tuhan
Benturkan tongkatmu, lemparkan
Robeklah laut merah dadaku,
Gulung dan tutup semua jalan kembali
Agar tak berjelaga saat aku ada tenaga,
namun bukan tongkatmu jangan menipuku
Aku ingin bercengkerama dalam lebur
Seperti pagi yang menghembuskan kicau
Bak daun yang jatuh ditampar angin ketanah
Tak pernah ia pitam bahkan balik membalas
Karena cintanya menjadi sejati ketika kering..



Jaahil Murokkab

0 komentar:

Posting Komentar

Cermin

Cermin
 
© Copyright 2035 Jaahil Murokkab