Selasa, 24 Juni 2014

Wahai Istriku Nanti

Dengarlah uraian hatiku duhai istriku nanti
Aku tidak tau siapa wajahmu dan dimanakah hatimu
Namun percayalah bahwa engkau selalu terasa dekat
Karena di dalam cinta, jarak tidak pernah bisa ada
Kita memang sangat berbeda dalam segalanya
Kecuali dalam cinta dan sang pencipta, kita satu
Disaat tuhan mempertemukan kita disuatu tempat
Janganlah engkau merasa heran, kecewa dan sedih
Karena ternyata suamimu ini adalah orang biasa

Suamimu nanti hanyalah orang yang sederhana
Mungkin tidak sesuai dengan harapan-harapanmu
Atau bahkan teramat jauh dari cita-cita dan doamu
Tolong bersabarlah padaku, kepada kekuranganku
Aku memang sangat tidak sempurna dalam semua
Tapi akan aku gunakan semua umurku untuk berusaha
menemukan cara yang sempurna untuk mencintaimu,
kehidupan ini cukup indah dengan warna kita berdua,
bersama Tuhan kita tidak akan pernah kekurangan apa-apa

Wahai istriku nanti, mengertilah suamimu nanti ini
Aku mungkin tak sehebat orang-orang di televisi itu
Tak seromantis mereka yang ada di sinetron cinta
Tak setampan lelaki yang kau temui di sampul majalah
Tak sealim para ustadz yang berceramah di masjid
Tak sepandai mereka yang duduk di kursi pemerintahan
bahkan tak sekaya para pengusaha dan orang sukses lainnya
tapi tersenyumlah, setidaknya suamimu ini masih manusia

Wahai istriku nanti yang baik hati, siapapun dirimu
Aku adalah orang yang paling beruntung di dunia ini
Dan engkau perempuan yang paling tabah menerimaku
Suatu saat engkau akan mendapati hatiku yang batu ini
Tapi aku takkan membiarkan batunya melukaimu sayangku
Takkan aku ijinkan seincipun untuk menyentuhmu,
Tenanglah, meskipun aku ini kasar dan pendendam,
Tapi dendam dan amarahku hanya untuk para penjajah,
Kebencian dan tinjuku ini khusus untuk para penindas,
Santailah, Kejahatan dan semua keburukanku ini
hanya untuk yang mengganggu kemerdekaan cinta kita

Wahai istriku nanti, lihat betapa cerobohnya aku,
Saksikan alangkah bodoh dan payahnya suamimu nanti,
Engkau akan repot dan disibukkan oleh kelemahanku
Maka siapa lagi kalau bukan engkau yang menasehatiku
Luapkan emosimu, lepaskan marahmu dan tampar aku,
Tamparlah kesadaranku, hukumlah setiap kesalahanku,
Tapi jangan engkau teruskan masuk ke dalam hatimu,
Sebab hatimu tidak cocok untuk menampung kekerasan
Hatimu yang lembut hanya dicipta untuk menyimpan cinta
Pandanglah diriku, dari ujung kepala hingga ujung kaki
Pandanglah bagian luar dan dalam, pakai seribu mata pandang,
Seribu kerangka teori, seribu ragam bentuk kepekaan,
Sampai nampak dimatamu, bahwa masih ada ternyata
Dimensi kebaikan dan kebenaran di dalam diri suamimu ini,

Wahai istriku nanti, bersyukurlah dan jangan mengeluh
Suatu saat kita berdua akan pindah kehutan rimba
Membangun surga muhammad kita di bibir sungai
Kita hanya berdua. Ya, bertiga dengan Tuhan
Disana kita hidup damai tanpa negara dan pemerintah
Tak ada lagi berita-berita dan gosip yang menjengkelkan
Kau memijat punggung dan lenganku yang sedang encok
Dan aku menjagamu dari gigitan nyamuk-nyamuk nakal
Mendidik dan membesarkan anak-anak kita yang lucu-lucu
Menunggu tua dan menanam mimpi untuk bertemu Tuhan
Disanalah kita bangun, tidur, bekerja dan berdoa ...
Kita hanya memakan apa yang kita perjuangkan,
Kita hanya akan menikmati apa yang Tuhan anugrahkan. ..

Wahai istriku nanti, hanya Tuhan yang abadi,
Saat kau merenta, engkau akan berkata padaku
Berhentilah memandang wajahku yang keriput ini
Mataku yang rabun tak bisa melihat kerutan itu
Umur tak pernah merebut ketulusanku padamu
Waktu tak bisa merenggut kesetiaanmu padaku,
Karena cinta yang diperlakukan dengan indah
Tak bisa dimanipulasi oleh apapun, kecuali oleh Tuhan

Wahai istriku nanti, cintailah kesunyian malam
Karena yakinlah hanya didalam kerajaan sunyi
Kita dapat berguru bahwa seluruh semesta bertasbih
Hanya sunyi yang mampu mengajarkan kesejatian
Jangan terlena dengan kemewahan dunia yang palsu
Jangan kau masukkan dunia seisinya kedalam hatimu
Jangan kehidupan kita sibuk untuk membangun dunia
Karena disini kita hanya mampir saja, tidak tinggal.

Wahai istriku nanti, terlalu banyak yang ingin kukatakan
Tapi nantilah kita lanjutkan, setelah Tuhan mempertemukan ..



(Kitab; Mantra Bertemu Tuhan)

0 komentar:

Posting Komentar

Cermin

Cermin
 
© Copyright 2035 Jaahil Murokkab