Jumat, 08 Januari 2016

Berwudhu dari najis-najis indonesia


Mungkin. Karena saking lamanya manusia-manusia membarat-baratkankan dirinya, meng-korea-koreakan lingkungannya,  men-sinetronkan hidupnya, men-televisikan cara berfikirnya, mem-facebook-kan masalahnya, meng-artiskan gayanya, meng-setankan tingkah lakunya, pada akhirnya dinding hijab yang seharusnya disingkap malah semakin tebal dan membatu. Manusia semakin jauh dari dirinya yang sejati karena sibuk menjadi diri orang lain. Apa yang dilihat oleh mata dagingnya dan dilakukan oleh orang banyak atau oleh orang yang mereka anggap populer, di ikuti begitu saja tanpa proses ijtihad hati dan fikirannya. Taqlid babi buta. Sehingga tidak ada lagi pertimbangan kepantasan dan kewajaran, pertimbangan moral, kultural, intelektual serta pertimbangan spiritual. Manusia dihipnotis dan disihir secara massal lewat media cetak, tv, internet, buku-buku brain-washing, fashion, teknologi, sekolahan dan lewat apa saja yang mereka anggap mampu meng-ada-kan dirinya, agar dapat diakui dan diterima oleh dunia yang mereka sembah. Apa boleh buat, kini manusia sudah memasuki peradaban besar "najis mughallazah". Puncak dari segala kotoran, lebih kotor dari comberan, lebih busuk dari tinjanya sendiri. Hal-hal yang seharusnya tidak menjadi komsumsi mata dan akal sehat, sekarang sudah terhampar secara gratis dimana-mana. Kita bisa menikmati dan mengaksesnya sesuka hati, baik di dunia maya maupun alam nyata. Subhanallah. Hanya Allah yang maha suci lagi maha mensucikan.

Saksikanlah. Wanita sekarang tak secantik foto profilnya, lelaki tak lagi setulus ijab-qobulnya, pemerintah tak sebaik pencitraannya, ustadz tak seperti isi ceramahnya,  orang diperbudak oleh uang dan nafsu belaka, diremote oleh android ditangannya, dikontrol dan dikuasai oleh the invisible tangan zholim,  tak dapat lagi dibedakan mana roti mana tai, mana pacar mana pelacur, mana pejabat mana pe-bejat, mana setan mana malaikat, mana ustadz dan mana penipu penjual ayat. Kita tak lagi memiliki kesanggupan untuk memahami peristiwa, yang mana baik dan mana yang buruk, mana cahaya mana kegelapan, mana kebangkitan mana kehancuran, mana islam dan mana ngaku islam, benar-salah, indah-jorok, mulia-hina, sejati-semu, isi-bungkus, machine-chasing, halal-haram, perintah-larangan dan seterusnya. Sekali lagi semua kini serba wallahu a'lam. Sayang, wallahu a'lamnya sebatas bibir tidak tembus ke akal dan qalbunya. Teori "iqra'nya" tidak sampai pada bismi robbiKalladzii kholaq. Mungkin memang sudah waktunya manusia membersihkan diri jasadnya (jEnnE' marica'), mensucikan niat, hati dan fikiran (jEnnE' dE' E namarica') dari najis-najis kehidupan. Berwudhu lahir bathin.

Pertanyaanya. apakah manusia siap dan mau membersihkan dirinya? atau maunya manusia dibersihkan oleh Tuhan? Kalau manusia tidak segera bertaubat dan mengambil wudhu, maka ada kemungkinan Tuhan yang akan turun tangan langsung membersihkannya, dengan mengirim utusan-utusan yang menakutkan. seperti yang terjadi pada peristiwa banjir Nuh. Yang konon kurang lebih 950 tahun berdakwah, mengajak manusia dizamannya untuk beriman kepada Allah. Tapi ternyata yang tersentuh hidayah cuma dapat dihitung jari-jari. Akhirnya malaikat memprovokasi nabi nuh agar kaumnya dimusnahkan saja. Maka berdoalah beliau dan akhirnya diberi petunjuk membangun bahtera keselamatan. Perahu yang hanya mampu menampung orang-orang yang ruhaninya bersih dari najis kehidupan. Hanya orang-orang yang telah berwudhulah yang akan diberi hidayah kesanggupan untuk menaiki bahtera iman yang dibikin oleh nabi nuh sehingga disembunyikan dan diselamatkan dari bencana banjir yang di kirim oleh Tuhan. Dan kita tidak usah kaget kalau kejadian itu terulang kembali, meski mungkin nanti bisa jadi peristiwanya dalam bentuk, mekanisme dan setting yang berbeda. Dan anda dipersilahkan untuk membikin perahu yang lebih besar, lebih kuat dan lebih canggih. Tapi ingat satu hal, kalau hatimu kotor, perilakumu buruk, perahu secanggih dan semodern apapun tidak bisa menyelamatkanmu. Hayhaata yaa akhii...!!! Saya bersyukur kepada Tuhan, bencana besar ditunda sementara waktu.

Entah apa yang ada dalam benak manusia masa kini. Mungkin dikiranya Tuhan ini tidak bisa murka, disangkanya Tuhan tidak tau berlaku jahat. "Kalau memang engkau mau menyaksikan kejahatanKu" kataTuhan, maka engkau akan segera menyaksikannnya. Tunggu saja. Tetaplah seperti itu. Tidak usah bertaubat. Teruskan saja perbuatan burukmu itu. Just wait and see..!!! Tunggu saja tanggal mainnya. Tuhan akan membuktikan kejahatannya. Lantas nanti akalmu menyimpulkan, bahwa ternyata Tuhan juga maha jahat? Tukang marah, pendendam, penghukum dan penghancur? Sungguh kalau sekiranya dzikirmu mampu menggapai, menyentuh dan menembus lapisan qolbumu yang terdalam, adalah Sirr dan lathifahmu, maka penglihatanmu akan mengerti. Bahwa yang menghukummu bukanlah Tuhan. Yang membakarmu itu adalah nafsumu sendiri. Yang menyiksamu bukanlah Tuhan, melainkan ucapan dan perilakumu sendiri. Sebagaimana seorang pasien yang tak sembuh-sembuh dari sakitnya, karena menyepelekan dan mengabaikan intruksi dan nasehat dokternya. Tidak meminum obat yang diresepkan sang dokter, melanggar pantangan atau larangan yang telah di sampaikan dokternya. Maka sakitnya yang tak sembuh bahkan bertambah parah itu akibat dari kelalaian dan kebodohannya sendiri. Bukan kesalahan sang dokter. Aku berlindung kepada Allah dari setan diriku, dari keburukan dan kelalaianku sendiri.

Sekarang. Mari kita berwudhu dari najis-najis indonesia, bertaubat dari hadas dunia, dari kotoran-kotoran zaman, dari comberan peradaban, dari sejarah yang dipalsukan, dari teknologi yang menghancurkan, dari fikiran dan hati yang menjerumuskan, dari informasi yang menyesatkan, dari nafsu yang menggelapkan, dari semua kemungkinan-kemungkinan yang bisa membuat kita lalai dan jauh dari Tuhan. Segeralah, li alla yatarokama dzunub fi qolbihi----li alla yafja-a almawt. Supaya tidak menumpuk dosa dihati kita, sebelum nyawa dicabut dan dipisahkan dari jasad. Segeralah sebelum terlambat. "Jadilah orang baik menurut Allah, bukan menurut manusia" kata syeikh abdul qodir jailani. Semoga bermanfaat..

0 komentar:

Posting Komentar

Cermin

Cermin
 
© Copyright 2035 Jaahil Murokkab