Jumat, 08 Januari 2016

Aja' naguttu bawang, dE' gaga bosi ...

Jangan hanya guntur, tapi tidak ada hujan. Petir tanpa hujan. Terjemahnya kurang lebih seperti itu, tapi ada makna yang mendalam tersembunyi dibalik ekspresi canda ini. Mungkin saja itu sejenis majas yang dibikin orang bugis atau semacam kalimat balaghoh dalam ilmu bahasa arab. Biasanya kalimat diatas diucapkan saat seseorang tidak percaya pada kata-kata atau janji orang lain kepadanya. Seolah-olah ingin mengatakan "tongeng mogajE' tu bellEmu?", atau mana bukti dari omonganmu itu?. Jadi ungkapan "aja' naguttu bawang, dE' gaga bosi" bermaksud menyindir atau mengejek orang-orang yang suka membual. Adalah untuk orang-orang yang ucapannya tidak sehati dengan kenyataan, tidak sesuai perkataan dengan perbuatannya. Sangat jauh dari filosofi "taro ada taro gau'.

Tulisan ini sebenarnya ditujukan kepada penulisnya sendiri, yang suka memuntahkan kata-kata tapi dia (saya) sendiri tidak bisa mengamalkannya. Sangat rajin memproduksi omong besar tapi ternyata aksinya nol, kerjanya nihil dan kosong. Talk more do nothing. Cerutu---cerita campuru' ettu, demikianlah adanya. Bahwa penulis adalah contoh dan bukti dari fenomena yang sedang naik daun ini, ironi yang akhirnya menjadi mainstream dalam masyarakat kita; pandai menyampaikan nasehat tapi dia (saya) sendiri tidak menjalankan nasehatnya. Tulis sana tulis sini, kutip sana kutip sini, copy sini paste sana, jagonya sebatas dimulut, dakwahnya berhasil tapi hanya sampai dibaju kaosnya saja. Tidak tembus ke qolbu dan lathifahnya. Kampanye kebaikannya sukses menjadi gaya dalam peradaban umat manusia. Maka, bersama-sama mari kita lontarkan idiom yang berbunyi "gayanaji", tapi tolong diputar dan diarahkan kepada diri kita masing-masing. Addampengi kasi' atammu, puang.

Memang, kini kita bisa menikmati nasehat bertebaran dimana-mana, kata mutiara berserakan di facebook, kalimat motivasi bertaburan, pesan-pesan moral berseliweran, kemanapun wajah menghadap disitu ada ajaran kebaikan, kadang disertai ayat dan juga hadits (supaya lebih kelihatan alim), tayangan inspiratif meningkat pesat, perbincangan tashawuf menjamur di warkop-warkop, namun fakta yang terjadi dilapangan kesehariannya sangat mengecewakan. Verb ordinary-nya tak seindah postingannya. Tingkah lakunya sangat tidak sama dengan rekaman videonya. Inilah membuat saya sepakat dengan apa yang dikatakan oleh orang bijak di amrik "easier said than done", mengatakan itu selalu lebih mudah daripada melaksanakan. lalu iwan fals lewat lagunya mempertegasnya pula " kalau hanya omong---burung beo pun bisa". Terjadi banjir kata-kata, tapi disaat yang bersamaan--- kemarau moral, kekeringan ruhani, kemunafikan hati juga terjadi ditempat yang sama. Puji Tuhan, indonesia kekurangan manusia teladan.

Ya, aja' naguttu bawang dEgaga bosi. Ceramahnya tentang kesederhanaan, tapi dia sendiri hidup bermewah-mewahan, bajunya bertuliskan "lestarikan alam" tapi dia sendiri buang sampah sembarangan, statusnya kampanye budaya tapi tidak punya pessE (solidaritas) kepada sesama, selalu menganjurkan umat untuk bersedekah tapi dia sendiri pelit bin bakhil, senantiasa mengajak orang lain untuk saling menghargai, bersikap toleran, saling memahami sesama tapi dia sendiri baku bomE' (tidak akur) bahkan suka bertengkar dengan tetangganya. Apaan ini? Mendakwahkan agama yang penuh cinta, dengan nabinya yang sangat santun dan lembut tapi ternyata dia sendiri yang mengobarkan api permusuhan, gampang marah dan mengamuk, menebar cinta dengan penuh kebencian dan kekerasan. Disaat orang tengah berusaha mengislamkan dirinya, menyempurnakan islamnya, justru dia tampil "over-confident" mengkafir-kafirkan dan menyesatkan orang. Alimnya munafik, pandainya pandir, kebaikannya dalam rangka ini itu, senyum dan kasih sayangnya pura-pura, karena selalu ada udang dibalik batunya. Aduh, sekali lagi "peradaban macam apa ini?----peradaban yang dangkal" kata rendra.

Namun demikian, ditengah hamparan kegelapan ini, masih ada ternyata  titik cahaya yang tulus menjadi obor ilahi, masih ada semacam kenduri cinta, orang-orang maiyah, manusia-manusia yang mengasingkan diri secara prinsip dan fikiran, yang fisiknya tetap aktif bekerja, berjuang, tidak berhenti berendah hati untuk belajar, tidak bosan menjadi orang baik, menebar cinta dan mengubur kebencian. Terang dalam kegelapan. Memilih untuk menempuh jalan sunyi yang dianggap oleh orang lain menyimpang karena berbeda dengan orang-orang mainstream. Mengutamakan dakwah dengan perbuatan. Menjadi uswatun hasanah, bukan uswatun khayalan.

Akhirnya, banyak orang yang bisa memberimu nasehat, tapi sangat sulit menemukan orang yang bisa memberimu teladan. Seorang kyai berkata kepada santri-santrinya; " seandainya setiap orang mampu memperbaiki satunya, maka semua orang akan menjadi baik". Pesannya adalah keteladanan. Jadilah contoh yang baik untuk orang-orang disekitarmu. Mulailah dari dirimu sendiri dan keluargamu. Subhanallah, sekali lagi tulisan ini adalah pelajaran untuk saya sendiri sekaligus sebagai respon kepada seorang tua misterius yang berkata "aja' naguttu bawang, dE'gaga bosi". Semoga bermanfaat untuk saya dan non-saya.

" sadda mappabati ada
Ada mappabati gau'
Gau' mappabati tau"

0 komentar:

Posting Komentar

Cermin

Cermin
 
© Copyright 2035 Jaahil Murokkab