Kamis, 07 September 2017

Sajak buat anak-anakku


Anak-anakku,
Dengarlah, ambo’mu mau curhat
Mungkin saat kau temukan lembaran bathinku ini
Jasadku sudah tak ada,
tubuhku mungkin sudah membusuk dimakan cacing-cacing tanah
sirna ilang kertaning bumi kata orang jawa
atau boleh jadi,
mayatku menghilang di kuburannya,
entahlah

kalian tidak usah kaget begitu
dan tidak perlu kalian cari tahu dimana aku
ambo’mu tidak pernah kemana-kemana
karena aku ada dimana-mana!
Hahahha....
Bercanda anak-anakku, jangan terlalu serius, santailah!

Anak-anakku,
Saat tiba akalmu sudah mulai bisa bekerja,
Sudah mampu melakukan aktivitas pikir dan dzikir
Sudah bisa menangkap gelombang elektromagnetik ilmu di sekitar kepalamu
Sudah bisa memetik pendaran-pendaran hidayah di atas ubun-ubunmu
Saat itu, kalian akan memiliki berton-ton pertanyaan di hatimu
Kala itu, kalian akan mulai mengerti sedikit perihal kehidupan ini
Maka aku pesankan pada kalian,
Tak usah kalian cari materi fisikku
Jangangmako selidiki bentuk rupa biologisku
Tidak perlu kau cari unsur apiku tanahku airku dan udaraku
Sebab, aku sudah mengembalikan kepada pemiliknya
Dan, kalian pun semua akan mengalami peristiwa aneh itu
Peristiwa innaa lillaahi wa innaa ilaihi roji’un
Waspadalah, anakku

Anak-anakku,
Ingatlah baik-baik! Bapakmu ini Cuma orang biasa
Lahirnya biasa, dan dibesarkan dari keluarga yang biasa saja
Maka cara hidupnya dijalani dengan biasa dan sederhana saja
Jadi, makan-minumnya juga biasa, tidak canggih dan bergaya
Makannya bukan hot-dog, bukan spagety, bukan hamburger, atau ayam kentuki fred ciken
Minumnya juga bukan cocacola, bukan pantat, sprite, mijon, apalagi wiski atau topi miring
Bapakmu makanannya makanan desa ji, masakan kampung;
Pule’ lokami kasi, biasato kaledde’ atau sokko
Nanre sipenne, bale rakko ibolo boka wangi, ipasibawa kaju tettu’,
Massadidu mato bali
Sehat-menyehatkan dan energinya bisa dipakai sholat dan bertani

Kau tahu kenapa begitu nikmat, begitu enak dan lezat?
Rahasianya;
Karena yang memasak adalah ibumu; sayangku cintaku manisku rinduku
Dimasaknya dengan metodology cinta, dengan menggunakan teknologi kasih sayang,
sambil menyanyikan sholawat nabi;
“sholaatullah salaamullah, ‘alaa thoha rasulillah
Sholaatullah salaamullah, ‘alaa yaasiin habiibillah”
Wuiss.. marasa tanta!
Ibumu adalah koki terhebat, chef terjago sepanjang sejarah perkokian,
Tentu saja setelah ibuku

Kue-kuenya juga maknyos, ladziid jiddan, fantastik, emezing, dan wow!
Ada namanya burongko, tape, katirisala, bandangbandang, dokodoko,
sanggara’ talemme’, dan becce’ laung, itu yang ada lagunya;
“beppa-beppa, beppa de’ gollana, engkamo kalukunna, becce’ laung asenna”,
Massambora’!!

Anak-anakku,
Bapakmu ini benar-benar orang biasa! Suerr!!
Maka pekerjaannya biasa ji juga, bukan tong yang berdasi atau bersepatu pentopel mengkilap,
Bukan pekerjaan kantoran, bukan di gedung-gedung bertingkat, ber-ac,
bukan pekerjaan yang kemana-mana bawa mobil plat merah: bukanji mobilnya
Bapakmu bukan artis, bukan orang yang terkenal; Cuma orang biasa
Pekerjaanya sederhana; bertani, beternak, berkebun, mengajar dan mappangaji
Semuanya memang biasa-biasa saja, tapi hidup selalu cukup karena Allah yang maha,
maha mengcukupi kita. Hasbunallah ni’mal wakiil!
“jangan takut miskin nak, kita ini hamba dari Tuhan yang maha kaya”.

Anak-anakku,
Karena ambo’mu ini orang biasa
Maka jangan cari biografi dan riwayat hidupnya di buku-buku sejarah
Sejarah tidak mau mencatat nama orang biasa seperti bapakmu
Dan bapakmu juga tidak mau dicatat dalam sejarah yang penuh dengan manipulasi dan kepalsuan ini
Maka, jangan sekali-kali kalian ajari diri kalian untuk besar kepala, sombong,
bangga diri, apalagi sampai merendahkan orang lain.
Janganki nak begitu!
“Jadilah orang biasa di mata manusia,
Jangan lupa buang sampah pada tempatnya”.

Anak-anakku,
Ketahuilah! Di dunia ini di zamanmu nanti,
Banyak orang jahat yang berpenampilan baik
Banyak orang bejat yang mengajakmu bersahabat
Banya orang alim munafik yang memberimu nasehat,
Banyak pejabat yang orasinya hebat-hebat tapi kelakuan bangsat
Banyak orang yang sekolah tinggi-tinggi, mereka meraih gelar-gelar mulia
tapi tabiat mereka rata-rata keparat,

Biarpun orang-orang di sekitarmu semuanya berprilaku asu,
Kalian jangan ikut-ikutan asu, jangan!
Teruslah bekerja dan berdoa, jangan berharap kepada pemerintah
Teruslah mengabdi, mengabdi hanya kepada Allah dan rasulullah,
Bukan kepada pemerintah!

Anak-anakku,
Saat kalian mulai tahu baca tulis abcd atau alif laam miim,
Kalian akan mengerti, bahwa pengetahuan modern itu tolol-tolol
Mereka tidak mampu membedakan apa pemerintah dan apa negara
Mereka tidak mengerti ilmu tata negara, sebab mereka gagal mempelajari ilmu tata buku
dan apalagi ilmu tata iman.
Rakyat itu adalah raja, sang pemilik rumah
Negara itu rumahnya rakyat, dan pemerintah adalah pembantu dan buruhnya rakyat,
Eh, buruh kok malah menjadi raja? Sundala!

Ketahuilah anak-anakku, hati adalah kuil tuhan
Maka di hati jutaan rakyat yang tertindas, yang kelaparan, yang kesepian,
yang kesakitan, yang hidupnya melarat menyedihkan itu
Ada tuhan bersemayam disitu!
Mereka semua tega menghancurkan kuil tuhan itu!
Mereka benar-benar tidak punya perasaan dan iman!
Lihatlah betapa kurang ajarnya mereka!

Dengan suburnya kekerdilan itu, aku tidak heran
Di zamanmu, bisa jadi alam semesta ini sudah dikuasai,
Diambil alih, dijajah oleh birahi dan tirani
Oleh nafsu, oleh monster, oleh bankir-bankir laknat yahudi zionos dajjal
Bisa jadi negri kelahiranku ini sudah tak bernama indonesia lagi
Bisa jadi kampung halaman ibumu sudah menjadi kota,
Sudah menjadi korban mutilasi keserakahan orang-orang kota.
Rumah-rumah leluhur digusur, sawah dan kebun ditanami hotel-hotel,
Hutan-hutan dipaksa menjadi pabrik, diskotik, alfamart, mall,
rumah bernyanyi, restoran dan atau meeting hall
Sungai-sungai yang dulunya mengalirkan surga, tajrii min tahtihal anhaaru,
Kini berubah menjadi mengalirkan sampah-sampah dan kotoran-kotoran zaman
Pantai-pantai dilukai kecantikannya, didandani dengan bedak semen
dengan gincu beton bermerek tomalasa!
Semua di lakukan atas nama kemajuan zaman yang modern.
Modern ndasmu!

Pepohonan dilecehkan, bebatuan dihancurkan, tambang di jarah,
tanah dimanipulasi, air dikapitalisasi, udara segar dipolusisasi,
Negara di bajak tiada habis-habisnya!
Ini bukan peradaban anakku, ini kebiadaban internasional!
“jangan pernah mengatakan menebang pohon sembarangan itu sepele!
Itu kurang ajar!

Anak-anakku,
Bapakmu Cuma orang biasa, dan ia bersyukur penuh akan hal itu
Ia tidak pernah bercita-cita untuk berkuasa dan menginjak makhluk lain
Ia tak pernah bermimpi menajdi raja dan memperbudak alam seisinya
Maka, renung-pikirkanlah anakku,
Jangan pernah merasa lebih tinggi dari tanah, karena sungguh tanah adalah ibumu,
Jika kalian berlaku sombong kepadanya, maka kalian telah mendurhakainya
Cintailah ibumu, karena surga berada di bawah telapak hatinya,
Cuci dan ciumlah kaki ibu pertiwimu dengan tujuh lapis cahaya sujud
Engkau berasal dari perut ibumu, dan engkau akan kembali ke dalam perut beliau;
Rahim bumi pertiwi.

Anak-anakku,
Jika kaudapati alam ini rusak dan sakit-sakitan,
Itu tugasmu untuk memperbaikinya, itu kewajibanmu untuk menyembuhkannya
Jadilah orang baik, walaupun engkau sendirian!

(“Ambo’, boleh bertanya ini,
Trus kapan saya akan lahir?”

“hahaha.. awwah, sabar-sabarmako dulu,
Ini baru mau dicari mama mu e”)

#sastramaya
#dirjawiharja

[Dibacakan pada acara SABDA ALAM  yang diselenggarakan oleh kawan-kawan BUMI LESTARI PAREPARE]

0 komentar:

Posting Komentar

Cermin

Cermin
 
© Copyright 2035 Jaahil Murokkab