Jumat, 05 Juli 2019

Kepada Buku

Aku teringat sebuah buku yang pernah kulihat beberapa tahun silam. Aku rindu. Buku yang manis, meskipun kuakui sampulnya terlihat jutek. Buku itu lebih sering kulihat menunduk dan diam. Tapi diam-diam, aku menaruh penasaran pada buku itu. Bahkan perasaan!

Aku mengenal banyak buku, tapi entah, buku yang satu ini tidak pernah hilang di ingatanku. Kepalaku menyimpannya dengan sangat rapi. Menurutku, buku ini istimewa. Aku harus berterima kasih kepada seorang penulis. Berkat jasa baiknyalah sehingga buku itu dilahirkan. Puji Tuhan, akhirnya kutemukan buku itu di sebuah kampus, sekolah tinggi tempatku belajar mengeja asyik dan rumitnya kehidupan.

Sayang belum sempat aku berkenalan, buku itu hilang, tepatnya pergi. Dipinjam kampus lain, sepertinya demikian.

Alkisah bertahun-tahun kemudian, aku bertemu dia yang tak sempat kubaca dan kuajak kenalan itu. Sekilas, dia tampak sama. Tapi setelah kuperhatikan dengan saksama, ada beberapa yang berubah. Misalnya:  ia tambah manis dan makin cerdas. Sampulnya sudah pandai tersenyum. Senyum yang manis sekali. Rupanya ia juga makin dewasa dan agresif. Sementara aku, masih seperti dulu. Tentu, lugu dan kaku. Jauh dari gelar gagah perkasa itu.

Untungnya buku itu mengerti sifatku yang sejak jaman batu memang kebanyakan beku. Ia masih ingat aku, ternyata. Berkat bantuan cerewetnya, akhirnya aku berjaya mendekatinya. Berkenalan, melakukan modus, dan pelan-pelan membaca filsafatnya halaman demi halaman. "Yes!", Kataku dalam hati. Waktunya mengungkapkan perasaan yang telah kutahan dan kujahati bertahun-tahun:

"wahai buku, maukah engkau menjadi ibu bagi puisi-puisiku?"

0 komentar:

Posting Komentar

Cermin

Cermin
 
© Copyright 2035 Jaahil Murokkab