Selasa, 06 Agustus 2019

Sekolah Apa Itu?

Mungkin sudah saatnya kita mengakui secara jujur dan terbuka. Bahwa sekolahan kita yang ada sekarang ini, yang selama ini kita bangga-banggakan keberadaan dan sistemnya, adalah suatu kegagalan. Tentu saja tidak semuanya gagal. Tapi hampir semuanya. Ya, gagal tapi Alhamdulillah tidak dalam keadaan gagal yang paripurna dan total. Maksudnya, masih ada sekian persen unsur keberhasilannya sehingga sangat naif jika kita tuduh ia gagal secara komprehensif. Apalagi ini juga baru sekedar khayalan kritis saya saja. Jadi, apapun yang menjadi pembahasan di sini, anggap saja sebagai kentut ilmiah. Cium baunya lalu lupakan dan biarkan berlalu. Heuheu

Walhasil, meskipun begitu, masih banyak alasan untuk mempertahankan sekolahan yang kita cintai ini. Sungguh masih banyak kemuliaannya. Misalnya, kita masih bisa menyaksikan beberapa pencapaian luar biasa yang dihasilkan oleh para sarjanawan kita. Kepandaiannya menipu, memanipulasi, dan mensiasati kehidupan. Mereka paling tidak, sudah memiliki kemampuan survive di atas normal. Mereka sudah bisa menggunakan otaknya untuk menghasilkan uang. Minimal posisinya sedikit di atas binatang yang tidak mengenal peradaban uang. Dan kita jangan menuntut mereka supaya jadi orang baik atau sholeh di dalam masyarakat. Jangan dipaksa dan dibebani mereka untuk jujur dan sabar saat bekerja. Karena, mohon maaf, saat menempuh pembelajaran dan perkuliahan di dunia sekolahan dan kampus, mereka para ilmuwan itu memang tidak pernah diajari, dididik dan di bimbing untuk menjadi orang baik. Karena hampir keseluruhan sistem dan kurikulum kita memang arahnya bukan kesitu. Mereka memang hanya di tuntun untuk menjadi orang pandai, cerdas atau genius. Puncaknya menjadi buruh atau karyawan di perusahaan tertentu.

Jadi, jangan salahkan mahasiswa yang menghamili pacarnya, jangan marah kepada pegawai yang malas, guru atau dosen yang suka bolos, jangan mencela pejabat yang korupsi, dan kita juga tidak usah shock jika mendapati siswa atau mahasiswa yang tawuran, mengkonsumsi narkoba, atau bahkan durhaka kepada orang tuanya. Kenapa? Ya, karena soal itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan sistem yang diterapkan di sekolahan kita. Sama sekali tidak ada kaitannya dengan tujuan pendidikan nasional kita.

Wal-hasil, apa yang harus dilakukan? Ya, tidak usah melakukan apa-apa. Who cares? Kalau pemerintah saja tidak peduli, buat apa kita ikut-ikutan peduli. Hanya menghabiskan umur saja. Atau kalau Anda serius, coba bikinlah sekolah tandingan, madrasah alternatif, sekolah yang tidak sama dengan sistem sekolahan kita yang sekarang. Tidak sama dalam artian benar-benar beda. Fokusnya mungkin pendidikan ihsan, mengenal diri, Budi pekerti, Akhlakul Karimah, kurikulumnya tasawuf, bimbingan dunia-akhirat, jurusan kehidupan dan kematian, program studi kebaikan, mata kuliah cinta, tolong menolong, bertani, berkarya, mengembangkan bakat-bakat super dan potensi diri, dzikir, silat, kebebasan, kesabaran, keikhlasan dan sebagainya dan seterusnya.

Maksud saya, silah bikin sekolah itu untuk diri masing-masing. Heuheu

0 komentar:

Posting Komentar

Cermin

Cermin
 
© Copyright 2035 Jaahil Murokkab