Kamis, 05 Desember 2019

Bagaimana (saya) Memahami Islam?

Islam bukan hanya tentang syariat dan aqidah. Bahwa memang betul, Islam memiliki perintah atau kewajiban syariat seperti syahadat, sholat, puasa, zakat, sedekah, haji dan seterusnya. Sebagai Media/sarana bagi manusia untuk mensyukuri segala nikmat kehidupan yang dianugrahkanNya. Sebagai alat untuk berkomunikasi dan mengabdi kepadaNya. Serta yang tidak kalah pentingnya adalah sebagai jalan/suluk untuk meningkatkan kualitas kesadarannya di dunia. Mengupgrade ruhani kita agar kelak tidak bangkrut dan menderita di kehidupan selanjutnya.

Bahwa memang betul, Islam juga mengajarkan teologi atau aqidah yang lurus: Laa ilaaha illallah, Muhammadarrasulullah. Tak ada yang layak dicintai dan dicari RidhoNya kecuali Allah, Tuhan pencipta Alam semesta dan Muhammad adalah utusanNya sebagai kasih-sayang bagi alam semesta. Akan tetapi, Islam bukan hanya soal itu. Bukan itu saja. Islam juga adalah agama persatuan yang sangat memuliakan kemanusiaan. Islam hadir untuk menyatukan umat manusia secara hakikat, bukan secara syariat atau kulit luar. Nama, bentuk, identitas atau tampilan luar boleh berbeda-beda, tapi kesadaran bathinnya sama: Berketuhanan yang maha esa.

Maka, yang diajarkan oleh nabi sebenarnya bukan hanya/sekedar kulit, simbol, ritual atau budaya. Melainkan isi, inti dan substansi dari kebenaran: Nilai-nilai kehidupan bersama yang mesra dan prinsip-prinsip hidup yang damai. Sebab, Nabi sangat menyadari bahwa tiap-tiap manusia dan bangsanya memiliki keistimewaan dan keunikannya. Memiliki kebudayaan dan peradabannya masing-masing. Islam hadir untuk menyirami dan atau mengisinya dengan cahaya kebenaran, kebaikan dan keindahanNya.

Oleh karena itu, menurut saya, Islam (seharusnya dipahami sebagai sesuatu yang) melampaui agama. Kalau Islam (hanya) dipahami sebagai agama, maka ia akan menjadi kotak menjadi sekat menjadi jurang menjadi institusi atau lembaga yang bersifat eksklusif. Tertutup. Kaku. Islam yang sesungguhnya tak terbatas akan menjadi terbatas dan sempit karena hanya bisa/boleh diakses oleh orang atau kelompok tertentu saja. Dan akhirnya, mereka yang tidak/belum islam akan dianggap sebagai orang lain/kelompok lain. Lahirlah fanatisme agama. Walhasil, itu menceraikan dan memisahkan umat islam dari agama-agama lain. Sedangkan hakikat islam adalah justru untuk menghubungkan dan menyatukan semua agama-agama atau aliran kepercayaan. Islam datang untuk menyapa siapa saja: apapun suku, bangsa, budaya, negara, golongan, kelompok, ormas, mazhab, ideologi, gender, karakter dan latar belakangnya. (Umat) Islam berkenalan, saling kenal-mengenal, lalu saling menghormati, saling menghargai, saling menerima satu sama lain. Islam memberi jaminan keselamatan kepada seluruh ciptaanNya. Sebagaimana yang juga diajarkan oleh agama-agama sesusuannya yang lain.

Waba'du. Mari kita belajar. Coba pandang lah yang jamak itu sebagai satu kesatuan dan keutuhan. Kelihatannya banyak, beragam, berbeda dan bermacam-macam. Tapi realitasnya satu. Itulah tauhid. Makanya Nabi disebut "Ummiy" dan "Rahmatan lil-alamin". Beliau diutus memang sebagai ibu yang menemani dan menyayangi umat yang bermacam-macam. Maka Islam adalah silaturahmi dan diskusi mesra bagi seru sekalian alam semesta. Indah kan?

Sekian dulu khotbah yang singkat ini.
Jaga kesehatan semuanya.
Jangan lupa buang sampah di tempat sampah.
Semoga seluruh makhluk berbahagia!

0 komentar:

Posting Komentar

Cermin

Cermin
 
© Copyright 2035 Jaahil Murokkab