Kamis, 16 Februari 2012

Ensiklopedia Jaahil Murokkab 03

1. Tuhan, aku sedang susah, mana jejakmu di bumi, aku sedang terhimpit, lepaskan batu besar dipundakku ini, aku sedang terbakar masalah, padamkanlah kobaran ini dengan rintik solusi-Mu, Tuhan, aku sedang sekarat tolong kau usir luka yg membebaniku ini, aku sedang menginjak neraka, tolong cabut duri panas yang ada dikaki ini, Tuhan, aku sedang butuh sekiranya jawaban-Mu tergantung dilangit, maka turunkanlah ya Robb, sekiranya ia terkubur diperut bumi, maka keluarkanlah ya Robb, sekiranya ia jauh maka dekatkanlah padaku, sekiranya susah bagiku maka mudahkanlah ya Robb, Tuhan, aku sedang tidak bisa berbuat apa-apa lagi. . Kau dimana?  

2. Apakah selamanya akan seperti ini, Malam berdetak sudah tepat ditengah-tengahnya, tapi Ingatanku hanya dipenuhi lembaran namamu, mungkin Re-majnunisasi diri yang akan terjadi lagi, dan lagi Atau apa mungkinkah ini akibat hipnotis insomniaku, Hanya saja aku yakin seragu-ragunya bukan melainkan karena, Satu hati sejuta rindu semilyar rasa, kupikir itu Yang sedang menentramkan malam ini, dan yang Akan mendamaikan ramai pagiku nanti, laqod Qomatil mahabbah, wa isyqun qoriib, setidaknya Itulah sebab aku melempar kata hayhaata ke tong sampah, Lalu kuganti dengan setumpuk doa untukmu disana, semoga Akhirnya aku-engkau menjadi satu menjadi kita. . . 

3. Bau tahun 2011 memang belum sepenuhnya hilang, orang-orang tumpah-ruah masuk kepintu tahun 2012, dan Tuhan maha baik, terbukti saya masih digratiskan menaiki mobil kehidupan yang tak terdeteksi dimana parkirannya kelak, selalu ada waktu untuk, melakukan pekerjaan yang baik dan benar, manusia bukanlah sosok mahluk mulia, namun ia diberi potensi kemuliaan, chip yang ditaburkan Tuhan kedalam hati manusia, anda mau menjadi mulia, maka fungsikanlah perangkat vital kemanusiaan itu, anda mau menjadi hina dina, maka disfungsikanlah perangkat kebaikanmu itu, sederhana saja keshalehan itu. . Cukup memulai dengan 1 langkah yang baik dan bijak. . 

4. Ikhtiar dan doa itu satu paket, seperti bumi dan langit. . Manusia berusaha semaksimal mungkin mewujudkannya, sampai batas kekuatan yang kita sebut dengan titik pasrah, jadi kita dititahkan bertebaran dimuka bumi ini, dan berdoa sekuat hati sampai takdir kita ditayangkan oleh Tuhan, selebihnya kita tidak berkutik atas kuasa-Nya, bekerjalah, berdoa dan lalu pasrah, itulah yang kita kenal dengan kata tawakkal, percayalah setiap yang kita perebutkan hanya akan berujung pada dua hasil maksimal, sukses dan atau gagal olehnya jangan sia-siakan luka yang menemanimu, di setiap perjalanan hidupmu tetaplah tersenyum untuk merasakan kehadiran nikmat-Nya, teruslah berputar. . . 

5. Seperti biasa, saya tak berada dimana-mana. . Melainkan dihadapan-Mu takut dan takjub akan mega misteri-Mu, seperti detik yang lalu, aku tak kemana-mana. . Melainkan berlomba lari menuju pekarangan Rumah-Mu, Seperti dimana, seperti kapan saja, aku bukan siapa-siapa. . . Melainkan hamba dan musta'in yang wajib lapor pada-Mu, aku bukan apa-apa. . 

6. Ayat-ayat-Mu menghancurkan tempat tidurku, Merobohkan kesombongan yang berkamar dalam jiwaku, Iluminasi yang menempel melekat tak terlacak oleh rasa, Ruh-ruh kehidupan itu sebenarnya sederhana, cukup Ambil keputusan dan pantang menyesalinya, lalu Hiruplah kebebasan didalam pagar keyakinanmu, Suatu saat kita semua akan berteriak, bahwa Yang kita sebut-sebut benar itu ternyata, Adalah kesalahan yang belum ditemukan ujung pangkalnya, kecuali Qul huwa Allahu ahad, karena Ialah tidak ada alibi yang bisa meledakkannya, maka Lampu aladin takkan sanggup melawannya, sebab Angkasa raya, bumi dan seisinya bersujud kepada-Nya. . . 

7. sekedar berefleksasi, minimal tujuh belas kali sehari, kami berikrar di hadapan di bawah kaki-Mu, iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin, kami yang membutuhkan pertolongan-Mu, maka kamilah yang pergi mendatangi-Mu, sebab terminal dan kendaraan kami yang mungkin berbeda-beda, tapi tujuan dari perjalanan ini akan berhenti dan berakhir dirumah-Mu, setidaknya lima kali sehari semalam, kami mengupacarai kebesaran dan keagungan-Mu, sungguh hidup-mati ini liLlahi robbil 'aalamiin. . 

8. Andai saja aku bisa kesitu, maka telah kutuntaskan semua pertanyaan itu, memang imajinasi bisa membawaku melayang kemana-mana, tapi realitaku miskin gerak dan bisa tak kemana-mana, sehingga Aku-engkau adalah duplikasi veer-zaara, Hanya saja ini bukan tanah hindustan, olehnya simpan hatimu untukku jika kau mau, biar kita tunggu Yang maha kuasa mengetuk palu takdirnya, jadi Apakah ini tidak mungkin itu tidak tidak penting lagi, sebab Qawaa'id cinta yang sedang berputar dan bergetar, maka ilusi-halusinasi bukan lagi trik fatamorgana, melainkan lingkaran yang tidak berlubang dan berputus, sebab, aku yakin seyakin-yakinnya. . . 

9. Wahai diriku sendiri, pergilah masuk kedalam dirimu sendiri, telusurilah perbuatan-perbuatanmu, masuklah ke urusan-urusan sekitarmu, pergilah kejalanan, kelorong-lorong kumuh, kekolong jembatan, kepuncak gunung, ketempat sampah, kekantor-kantor, kepanggung-panggung yang luas, tekunilah, temukanlah salah benarnya ucapan-ucapanmu, daftarilah baik buruknya perbuatanmu, pelajarilah kemudian peliharalah kepekaan dan kesanggupan, untuk tetap bisa menangis, karena air mata saja pun mampu mengantarkan kita pada-Nya. . . 

 

0 komentar:

Posting Komentar

Cermin

Cermin
 
© Copyright 2035 Jaahil Murokkab