sebelum aku berangkat padam malam ini,
dusta hina kembali roboh diri di kaki,
memancing ampun dari kotornya benak diri,
lalu dari jijiknya lisan di kemudian hari
mendamparkan hati demi kesempurnaan mati
lari bersembunyi dari serangan amuk belati
Jika saja kalau ternyata itu adalah bahwa
sekiranya hanya dengan luka yang bernanah,
hanya dengan duka serta mata yang berdarah
manusia aku baru bisa baca, juga bisa kaca
mengaji huruf-huruf persis seperti yang buta
mampu membangun puasa tanpa sahur dan buka
atau mendirikan tidur tanpa nafsu dan suka
maka wajibkan aku menderita yang selamanya,
semakin larut semakin remuk-tak berbentuk,
kemanapun wajah berkiblat, arah ternyata satu
dan ketika menghadap, wajah dan kiblat lenyap,
aku, miskin gerak fakir ilmu tak punya nyali,
baringkan duniaku diatas mimpi-mimpi kasur persegi,
Hanya dengan nama aku nyala, dengan nama aku padam...
Jaahil Murokkab, Tulungrejo, 2013
Minggu, 27 Oktober 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Cermin

0 komentar:
Posting Komentar