Senin, 13 Agustus 2018

Merdeka (?)

Mungkin hanya saya yang mengalami dan merasakan. Sepertinya kemerdekaan itu hanyalah tipuan mata. Meski setiap tahun dipesta-rayakan semegah-megahnya, namun faktanya di lapangan kehidupan bangsa Indonesia tidak lebih dari sekedar kumpulan dongeng sebelum tidur. Kemerdekaan semu. Kesejahteraan palsu. Entah mengapa, setiap mendengar kata "merdeka" saya selalu mau muntah. Mungkin karena sudah berpuluh-puluh tahun telingaku diberaki oleh omong kosong para penguasa. Berkali-kali bongkar pasang pemimpin, namun keadilan sosial bagi "seluruh" rakyat Indonesia tak kunjung mewujud dan menyata. Kemerdekaan macam apa ini!!?

                                        ********

Setiap memasuki bulan Agustus, saya selalu lari bersembunyi. Apalagi saat tanggal kalenderku mendekati 17 Agustus, saya harus menghilang sementara dari peredaran bumi, wabilkhusus wilayah NKRI. Saya mesti mengungsi dulu ke planet lain, kadang numpang tidur di alam jin. Itu semua agar saya tidak bertemu dengan 17 Agustus. Semua itu agar saya tidak kepergok oleh 17 Agustus. Pokoknya jangan sampai aku bersua dengan 17 Agustus. Saya memang cinta mati dan sudah lama merindukan 17 Agustus. Rasa kangenku kepadanya sungguh tak Terperi. Tapi di saat ia datang, saya akan segera mengambil langkah seribu dan jurus menghilang. Saya tidak mau pertemuan sehariku dengannya akan dikhianati dengan perpisahan panjang. 17 Agustus memang sudah sangat sering menyatakan cintanya padaku, namun saat datang ia hanya memberikan orgasme sekejap. Kenikmatan sejenak. Kebahagiaan sesaat. Selepas itu, ia pergi, kembali lagi ke dunia mimpi. Meninggalkan biografi luka dan sejarah peradaban airmata Nusantara.

                                                                                                                                            ********

Setiap sekali setahun, 17 Agustus didandani secantik-cantiknya. Dimake-up semeriah-meriahnya. Gunanya, agar jutaan orang terpesona dan jatuh cinta padanya. Agar pada hari itu manusia-manusia Indonesia bisa khusyuk dan perhatiannya fokus kepada keelokan 17 Agustus. Kesempurnaan 17 Agustus bisa membius rakyat sampai setahun penuh. Kekuatan narkobanya bisa bertahan sampai menjelang 17 Agustus selanjutnya. Kemuliaan 17 Agustus mampu menghipnotis jutaan kepala untuk terus "merasa" merdeka dan sejahtera. Luar biasa! Salut untuk semua panitianya. Terima kasih kepada semua pihak penyelenggaranya. Semoga segala amal usahanya dinilai ibadah oleh Tuhan dan disegerakan balasan pahalanya. Amin

                                                                                       %                                                 ********

Menyambut dan melayani kehadiran 17 Agustus adalah sebuah kewajiban. "Yutsaabu 'ala fi'lihi wa yu'aqobu 'ala tarkihi," diberi honor pahala bagi yang mengupacarainya dan diberi hukuman siksa bagi yang meninggalkannya. Minimal bagi rakyat yang tidak turut serta dalam rangkaian perayaannya, akan dihukum berupa vonis "Kafir Kebangsaan", atau diteriaki sebagai "Dajjal Nusantara". Sungguh penting dan berharganya 17 Agustus di mata Bangsa Indonesia. Yang tidak peduli kepada 17 Agustus tidak berhak menerima "sembako kemerdekaan". Yang tidak menghadirinya tidak akan memperoleh berkah "kemanusiaan yang adil dan beradab". Pokoknya bagi siapa saja yang tidak setuju dengan 17 Agustus akan menerima kurungan sosial. Dikucilkan dari kemakmuran dan keselamatan Nasional. Betapa agungnya 17 Agustus ini! Jangan coba berani menyelingkuhinya. Saya tidak sedang main-main!

                                                                                                                                              ********

17 Agustus memang tidak bisa dipisahkan dari kemerdekaan bangsa Indonesia. Meskipun demikian, kita---Manusia Indonesia, jangan pura-pura lupa bahwa di balik Biodata 17 Agustus yang menghibur, ada banyak darah yang muncrat. Tak terdata jumlah pasang mata yang menangis memperjuangkannya. Ada penderitaan yang sakitnya maha panjang. Ada perih parah yang tak sembuh-sembuh. Ingat! Di sana ada ikhtiar dan pengorbanan yang tak sempat dikitabkan. Ada banyak sekali peristiwa memilukan yang tak dimediakan. Ada amat banyak sejarah bernanah yang tidak engkau temukan. Ada hal yang tidak pernah kau bayang-renungkan. Kenapa? Karena engkau hanya sibuk merayakan, sibuk upacara, sibuk pesta dan pora, sibuk memperingati, sibuk bergerak-jalan, sibuk tertawa dan bersorak-sorak bergembira belaka. Engkau hanya sibuk diri dan pikiranmu untuk bertepuk-tepuk tangan suka-suka. Tangan di kepala, tangan di pinggang. Tanpa menyadari deretan gunung kepedihan yang terlupakan di alam bawah sadar kita.

                                            ********

Akhirnya sebelum saya khatamkan tulisan tidak bermutu ini, saya mengajak. Sejenak bernostalgia, mari kita kembali ke tahun 1945. Tepatnya hari Jum'at tanggal 9 bulan suci Ramadhan 1463 hijriah, 17 Agustus menurut kalender Masehinya. Proklamasi itu disyahadatkan di hari yang penuh Rahmat, hari Jumat. Proklamasi itu di ikrar-teguhkan di bulan yang penuh dengan berkah, bulan suci Ramadhan. Proklamasi itu dilaksanakan ketika para bapak bangsa sedang berpuasa. Sementara beberapa hari sebelumnya, sejak tanggal 1 ramadhan, beliau para ulama dan santri-santri yang berada di berbagai wilayah di Nusantara melakukan istighosah, menggelar doa bersama, dan yasinan dalam rangka turut mendoakan kemerdekaan bangsa ini. Ini bukan kebetulan! Ini adalah kebenaran, di mana Allah yang telah menganugerahi bangsa ini berkah kemerdekaan di hari dan bulan yang dipenuhi dan diliputi cahayaNya. Maka, kemerdekaan adalah sesuatu yang harus disujud-syukurkan, kemerdekaan itu hutang yang harus engkau lunasi dengan mengisinya dengan ibadah dan kebaikan. Jangan disia-siakan. Kalau tidak, Allah akan mengirim malaikat maut untuk mencabutnya dari tenggorokanmu wahai seluruh rakyat Indonesia.
                                                                              *********

Dengan senantiasa memohon ridho Allah ta'ala, syafaat rasulullah, karomah para awliya', barokah para guru dan syeikh, Kepada para leluhur, para pahlawan, para syuhada', kepada seluruh yang telah berjuang dan berkorban demi Indonesia; syaiun lillah lahum "Al-fatihah".

0 komentar:

Posting Komentar

Cermin

Cermin
 
© Copyright 2035 Jaahil Murokkab