Senin, 20 Mei 2019

Selamat Menunaikan Ibadah Senyum

Senyum. Kehadiran senyum dalam kehidupan merupakan hal yang sangat  menggembirakan. Saya tidak bisa membayangkan betapa kakunya pergaulan manusia tanpa makhluk bahagia bernama senyuman, sungguh horornya silaturahmi dan pertemuan bila tidak dihadiri oleh senyuman. Maka, mau tidak mau, eksistensi senyum di alam semesta ini harus kita festivalkan sesering mungkin. Mesti kita indonesia-rayakan semeriah-meriahnya. Sehingga ada baiknya jika pemerintah secepatnya membuat undang-undang persenyuman. Atau kalau perlu kita mohon Majelis Ulama segera bikin fatwa tentang hukum pelaksanaan sebuah senyuman. Hukumnya mungkin wajib muakkad. Selanjutnya nanti boleh kerja sama dengan Bahtsul masaail-nya NU dan dibantu majlis tarjih-nya Muhammadiyah untuk merumus-menetapkan rukun-rukun senyum, syarat sahnya senyum, yang membatalkan senyum, dan seterusnya tentang semua hal yang berkaitan dengan ibadah senyum ini. Ya, kelak kita sebut dengan "fiqih tabassum" atau fiqih senyam-senyum. Heuheu.

Mungkin lucu dan tolol usulan saya ini, tapi pada kenyataannya, senyum kan sangat penting bagi pembangunan negara, sangat dibutuhkan untuk menjaga keutuhan sebuah bangsa. Bayangkan saja sendiri, apa jadinya Indonesia tanpa senyum. Bisa jadi, sudah dari dulu Indonesia ini bubar. Mungkin terpecah menjadi beberapa negara bagian atau kerajaan. Senyum juga adalah kebutuhan pokok dalam membentuk keluarga yang sakinah-mawaddah-warahmah. Saya curiga, jangan-jangan perselingkuhan terjadi gara-gara kurangnya kehadiran senyum dalam keluarga. Saya curiga, meningkatnya angka perceraian dan rusaknya moralitas anak disebabkan karena pelitnya senyum dalam suatu rumah tangga. Ada banyak kemungkinan. Kalau tidak percaya, silahkan bikin riset tentang itu.

Jadi, insaflah wahai umat manusia. Senyum adalah tiang Negara. Yang punya peran urgen dalam mewujudkan baldatun thoyyibatun warobbun ghofur. Negri aman damai sentausa. Maka, jangan sekali-kali meremehkan fitur dari aplikasi yang bernama senyuman. Ia adalah media mistik untuk mencapai kebersamaan dan kemesraan dalam Tauhid cinta dan kasih sayang Tuhan. Mewujudkan makna bhinneka tunggal ika---berbeda-beda tapi tetap satu jua. Bukan berbeda-beda tapi tetap dibeda-bedakan.

Wal-akhir, kalau imajinasi konyol saya ini tidak bisa diempiriskan, ya tidak masalah. Setidaknya bisa menjadi meditasi dan bahan renungan buat siapa saja yang lagi kurang kerjaan, terutama buat PNS (pengangguran negri sipil) seperti saya ini. Bahwa senyum adalah harapan bangsa. Senyum adalah alat komunikasi bathin; heart-telecomunication. Adalah kekayaan yang tidak akan habis meski dibagi kesemua orang. Adalah harta Karun yang tidak bisa dicuri. Adalah ibadahnya kaum surga. Adalah kenikmatan yang luar biasa. Asal jangan senyum palsu, atau senyum sinis, senyum pura-pura, senyum kecut, senyum terpaksa, senyum mengejek, senyum menyindir, atau senyum pencitraan. Senyum yang saya maksud adalah senyum yang diridhoi oleh Allah dan Rasulullah. Senyum ketulusan. Senyum yang sejati dari hati yang paling qolbu.

Maka mulailah kembali belajar tersenyum. Senyum seperti senyumnya rasulullah. Di mana wajah beliau semuanya adalah senyum. Senyum yang penuh cahaya keindahan dan kemesraan. Mulailah dan jangan malu-malu. Jangan-jangan Anda sudah lupa caranya tersenyum. Ayo, belajar lagi. Dan saya sarankan latihannya dimulai setiap bangun tidur. Karena survey mata bathin saya, 99% manusia tidak ada yang langsung senyum pada saat bangun dari tidurnya. Padahal disitulah waktu yang paling tepat untuk bersenyum-syukur atas kehidupan yang Tuhan anugrah kan. Walhasil, mari berbagi senyuman. Tapi ingat, perhatikan waktu dan tempatnya, sesuaikan dengan frekwensinya. Lihat situasi dan kondisinya. Semoga senyum kita bernilai spiritual dan diterima oleh tuhan. Selamat bersenyam-senyum! Heuheu

0 komentar:

Posting Komentar

Cermin

Cermin
 
© Copyright 2035 Jaahil Murokkab