Senin, 20 Mei 2019
Browse » Home »
Essai
,
Kajian
,
Sufi Gila
» Sufisme Lapar, Tarekat Begadang, Hingga Sedekah Underground
Sufisme Lapar, Tarekat Begadang, Hingga Sedekah Underground
Setidaknya, dari nasehat bijak para guru dan mursyid, ada tiga lelaku tirakat yang bisa dilakukan untuk mendukung dzikir dan perjalanan ruhani kita.
Pertama, dengan berpuasa. Yaitu memperbanyak lapar dan haus. Mengendalikan-menahan diri dari makan-minum dan nafsu sexual. Termasuk menahan panca indra dan seluruh anggota tubuh dari perbuatan maksiat dan segala aktivitas dunia yang melampaui batas lagi sia-sia. Melalui puasa pula, kita berusaha mengendalikan pikiran kotor dan imajinasi liar kita dari hal-hal yang mengarah kepada perbuatan keji dan mungkar. Mulai dari terbit fajar (aqil-baligh), sampai terbenamnya matahari (mati).
Gamblangnya, puasa adalah pendidikan radikal untuk membebaskan diri dari nafsu dan setan jahat yang melekat, menempel-mendominasi dalam diri kita. Seperti, nafsu lawwamah, mulhamah dan ammaroh. Melalui terapi lapar, kita menjauh dari penyakit hati "cinta dunia yang berlebihan", sekaligus meningkatkan kepekaan sosial kepada sesama.
Yang kedua, adalah dengan menahan kantuk alias begadang. Banyak menahan kantuk mengajarkan kita untuk selalu hidup. Berfungsi sebagai alarm agar kita senantiasa sadar-Allah, waspada, dan penuh kebijaksanaan terhadap hidup.
Malam adalah waktu yang paling baik untuk berdzikir, bertafakur atau melaksanakan ibadah. Energi ruhani malam lebih kuat dibanding siang. Karena di malam hari, energi negatif dari aktivitas duniawi manusia sedang berkurang. Maksiat dan dosa sedikit. Lalu lintas jalan menuju sidratul muntaha sedang tidak ramai. Sehingga gelombang yang baik begitu kuat mendominasi ruang dan waktu. Waktu yang tepat dan efektif untuk melesat ke langit. Supaya kita kuat begadang, ngopilah! Bahkan kopi sanggup mengantarkan kita padaNya.
Yang ketiga, yaitu dengan memperbanyak sedekah. Sedekah adalah latihan untuk membebaskan diri dari rasa posesif dan keakuan diri. Sedekah membuat kita belajar untuk memiliki kehilangan. Yaitu dengan metode menghilangkan kepemilikan: memberi, memberi dan memberi. Tanpa pamrih atau modus seperti ingin dipuji, ingin pahala atau ingin surga. Pokoknya, lillahi ta'ala saja. Bersedekah secara brutal: Sedekah Underground. Seperti yang dilakukan kawan-kawan kita di Sengkang ini.
Kita juga boleh memulainya dengan cara niat menyengaja mencari orang yang butuh atau orang yang tertimpa susah. Silahkan kalau keluar rumah, sediakan beberapa nasi bungkus, bawa beberapa lembar pecahan uang 5000-an atau 10.000-an, atau siapkan beberapa lembar pakaian. Masukkan dalam ransel, lalu beri dan bagikan kepada sesama yang membutuhkan. Mulai dari diri sendiri. Mulai dari sekarang ini. Semampunya. Seikhlasnya.
Dalam sedekah, yang akan kita peroleh adalah pengertian hakiki tentang nikmatnya syukur, manisnya kasih sayang dan indahnya berbagi kebahagiaan. Dan yang paling penting adalah, hadirnya Tuhan.
Dari tiga lelaku atau kebiasaan seseorang ini, sebenarnya kita sudah bisa memahami kualitas ruhaninya tanpa perlu bertanya. Selamat wahai pejalan. Mari kita (ruh) lanjutkan perjalanan kemanusiaan ini. Mohon maaf lahir dan bathin.
Allahumma Sholli 'Ala Sayyidinaa Muhammad!
#sabdaperubahan #jaahilmurokkab #dirjawiharja #maiyah #sufinesia #sufisme #tasawuf #filsafat #caknun #gusdur #gusmus #fahruddinfaiz #nahdatululama #ngajifilsafat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Cermin

0 komentar:
Posting Komentar