Sabar. Kali ini mari kita memikir-meditasi-kan apa yang dimaksud dengan sabar. Sepertinya sabar itu sangat akrab dengan kehidupan kita. Ya, terutama kita manusia Indonesia. Kesabaran sudah menjadi makanan pokok bagi kita. Ia--indonesia--ibarat laboratorium sabar raksasa. Yang mana sudah-sedang-akan terus mengadakan semacam pelatihan atau workshop Akbar dengan tema Kesabaran Sampai Kiamat. Ada juga lomba rakyat bersabar. serta program unggulannya Gerakan Rakyat Wajib Bersabar. Melalui panitia dan tutor handal bernama pemerintah. Walhasil, sejauh ini hampir seluruh rakyat yang menjadi pesertanya sudah sukses meraih gelar Professor Sabar. Ini adalah prestasi agung. Pencapaian yang sangat membanggakan. Saya jadi terharu. Apalagi ijasahnya bukan sembarang ijasah. Ya, bukan kertas melainkan batu nisan. Wow... standing-applausse for our goverment!
Ya, saya harus telanjang. Indonesia memang sangat pakar dalam membina dan mendidik kesabaran rakyatnya. Mari kita napak-tilasi sajadah panjang sejarah kesabaran Indonesia tercinta. Tanyakan pada dirimu. Sudah berapa pemimpin yang kita sabar-kan. Hitung berapa jumlah pejabat yang baik hati telah menghidangkan peluang-peluang untuk mencicipi betapa nikmatnya sabar itu. Tolong kalkulasi ada berapa orang, dari [mungkin] keluarga, saudara, sahabat, kenalan, tetangga, teman se-kos, camat, bupati-walikota, gubernur, dewan, menntri dan lain-lain yang telah merelakan waktunya untuk melatih kesabaran kita. Mohon dicatat berapa peristiwa atau pengalaman yang jauh-jauh datang ke rumah diri kita hanya untuk menyampaikan nasihat dan ilmu sabar itu. Pokoknya silahkan diriset berapa "apa" dan berapa "siapa" yang hadir bertamu di hati dan pikiran kita, hanya untuk mengenalkan kita tentang makhluk sabar tersebut.
Jangan buru-buru menjawabnya. Apalagi sampai terburu nafsu. Hidup ini kan bukan pertandingan atau liga. Juga kalau tergesa-gesa, nanti malah tidak jadi lulus sabarnya. Bisa-bisa dicabut gelar Professor-nya. Jadi, biar lambat, asal selamat. Better late than never. Atau...., jangan-jangan masih banyak di antara kita yang sudah duduk di bangku semester akhir, tapi belum lulus-lulus juga mata kuliah dasar-dasar kesabaran? Wah, gawat. Sabar itu tidak boleh diremehkan, tidak boleh disepelekan supaya kelak kita tidak menjadi sabar-sabar tai ayam. Sabar itu memang ringan di lidah, namun berat di amal. Ramai di bibir dan di buku-buku, tapi sangat sunyi-sepi dalam aplikasi penerapannya. Akhirnya, sabar kini menjadi barang mewah sekaligus langka di zaman yang aneh ini.
Lalu, sebenarnya apa realitas sabar yang saya maksud? Ternyata sabar itu ada level dan tingkatannya. Ada orang yang bersabar saat ia tertimpa musibah, kehilangan pekerjaan atau jabatan, kekurangan makanan dan pakaian, kehabisan uang dan atau bensin, hartanya dicuri atau barangnya dirampok orang, cintanya ditolak atau kekasihnya diambil orang, di DO dari kampusnya, laptop rusak, ditimpa sakit, hidupnya susah dan seterusnya. Ada yang sabar ketika terkena bencana longsor, tsunami, kebakaran, banjir bandang, diterjang angin puting beliung, dan seterusnya. Ada pula yang bersabar ketika dihina dan direndahkan oleh orang lain, dilukai perasaannya, ditipu dan dibohongi oleh sahabatnya sendiri, digosip dan difitnah oleh tetangganya sendiri, dilecehkan harga dirinya dan seterusnya. Ada juga yang bersabar ketika ia dipukul, disakiti, dilukai fisiknya, dan bahkan ada yang mampu sabar saat orang terdekatnya meninggal atau direnggut nyawanya dan seterusnya. Termasuk sabar terhadap kezaliman pemimpin di negri surga ini. Semua model dan jenis sabar tersebut adalah merupakan tingkatan sabar yang paling bawah. Sabarnya dalam rangka karena kesulitan dan penderitaan dunia yang ditimpakan Allah kepadanya. Ini bentuk sabar yang dimiliki oleh orang kebanyakan. Bersabar terhadap takdir yang ditetapkan Allah kepadanya.
Sabar tingkat kedua adalah sabar terhadap segala yang dilarang atau diharamkan oleh Allah. Sabar artinya menahan diri, melawan hawa nafsu untuk tidak bermaksiat atau melakukan pelanggaran syariat. Kalau ada orang yang diajak berzina, lalu dia mampu menahan hawa nafsunya untuk tidak tergoda melakukan zina, maka orang tersebut adalah orang yang sabar. Ada orang yang dipancing untuk korupsi, mumpung ada kesempatan, tapi dia sanggup menahan diri untuk tidak korupsi, tidak tergoda untuk mengambil yang bukan haknya, maka orang tersebut dalam Islam disebut orang yang sabar. Sabar demi untuk menjauhi dan menghindari dosa-dosa.
Tingkat sabar yang tertinggi adalah sabar dalam beribadah. Sabar ini adalah sabar yang paling berat. Selalu menyediakan diri untuk menjalankan dan menegakkan perintah Allah. Kapanpun, di mana pun dan dengan siapapun ia. Orang yang senantiasa mendahulukan Allah, meluangkan waktu, fikiran, hati, tenaga dan rezekinya untuk Allah. Asshobru ma'a Allah. Sabar bersama Allah. Orang seperti ini memiliki ke-istiqomahan dalam beribadah dan berbuat baik. Konsisten dan disiplin sholatnya, puasanya, zakatnya, dzikirnya, dan segala aktivitasnya adalah ketaatan kepada Allah.
Ketika Syaikh Junaid ditanya tentang sabar, beliau menjawab "sabar adalah meneguk segala kepahitan tanpa wajah cemberut". Menikmati penderitaan sebagai anugrah kasih sayang Allah. Orang yang berada pada maqam sabar inilah yang dimaksud oleh Allah akan selalu disertaiNya. Inna Allah ma'a Ashshobiriin. Bahwa Allah senantiasa beserta, bersama orang-orang yang sabar.
Namun pada hakikatnya, sesungguhnya bukan manusia yang memiliki kesabaran itu. Karena menurut saya, orang sabar adalah orang yang berada pada kondisi gelombang dan atau frekwensi yaitu ketika Allah yang maha sabar---asshobuur---hadir dan bertajalli pada diri seseorang. Maka saya lebih senang mengatakan bahwa jika Allah yang maha sabar hadir, bersemayam di Ka'bah qolbumu, Allah yang maha penyabar menyertai dan bersamamu, maka engkau akan menjadi orang yang sabar. Tak seorang pun sanggup bersabar kecuali Allah yang Asshobuur meliputinya dengan pancaran cahaya kesabaranNya. Dan Allah mencintai hambaNya yang sabar itu.
Walhasil, sabar adalah ilmu tingkat tinggi, belajarnya kapan saja, gurunya bisa siapa saja, ruang kelasnya di mana saja, ujiannya selalu mendadak, liburnya hampir tidak ada dan sekolahnya seumur hidup. Maka kesabaran sangat menjadi kebutuhan bagi seorang hamba di dalam membuktikan ikrar syahadatnya. Mari belajar bersabar. Mulai dari hal yang kecil-kecil, sampai kepada maqam sabar yang lebih tinggi dan lebih dekat di sisi Allah. Ingat, pelan-pelan saja. Jangan dipaksakan. Kalau dipaksa kan bukan sabar namanya. Heuheu
Mari berdoa semoga Allah memberikan kita kesabaran dalam kehidupan ini. Sabar menuntut ilmu, sabar bekerja menafkahi keluarga, sabar membaca tulisan saya, sabar mendengarkan nasehat ulama dan orang tua, sabar mengajar, sabar berdagang, sabar bertani, sabar mendidik anak, sabar terhadap pemerintah, sabar menunggu akhir bulan, sabar mencari jodoh, sabar menanam pohon, sabar membaca buku, sabar menunggu jawaban cinta dari seseorang, sabar berbuat baik, sabar bersholawat, sabar beribadah, sabar mendoakan, sabar berkreativitas, sabar mengendarai motor, sabar mentraktir teman, sabar minum kopi, sabar sabar sabar .... pokoknya sebarkan sabar di antara kita. Man shobaro zhofira; barang siapa yang bersabar maka beruntunglah ia. Lanjutkan sabarmu wahai indonesiaku..!! Wallohu a'lam. [?]
Senin, 10 Juni 2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Cermin

0 komentar:
Posting Komentar