*************
Tersebutlah, seorang raja yang sangat terkenal dengan kehitleran dan kefiraunannya. Sistem kerajaan yang diterapkan dalam kepemimpinannya adalah "Dajjalisme absolut". Siapa yang tidak melaksanakan hukum rimba nerakanya akan dijebloskan ke dalam penjara penderitaan yang berdarah-darah, bahkan ada yang dibunuh secara bengis dan kejam. Kebuajaannya dalam hal kekuasaan sudah tidak diragukan lagi. Kegilaannya terhadap kemasyhuran dan harta sudah tidak usah dipertanyakan lagi. Semua gelar-gelar dan lambang terhormat sudah ia sematkan sendiri dalam jubahnya. Kira-kira, Hanya Tuhan yang ada di atasnya, dan hanya tai yang ada di bawahnya.
Setiap mendengar namanya disebut, rakyat selalu ingin muntah dan berak di celana. Setiap memandang foto sang raja yang dipasang di sudut-sudut wilayah kerajaan, orang-orang---bahkan dari kerajaan lain---selalu mau meludah dan mengumpat tidak jelas. "Biadab! Keparat! Bangsat! Brengsek! Asu! Tailaco! Dasar tidak punya malu! Najis mughallazah! Sampah duniawi! Menjijikkan!". Bahkan ada yang sampai mendoa memohonkan kutukan, "semoga kau dikutuk jadi batu tawas!". Pokoknya berbagai ragam makian dan laknat sudah dipelurukan kepada sang Raja. Kalau ada yang sampai kedapatan umpatannya, mereka akan ditilang, diadili, dan dihukum seberat-beratnya. Tanpa ampun. Sungguh peristiwa yang sangat memalukan sekaligus memilukan.
Namun demikian, di balik kediktatoran dan kezaliman sang Raja, konon ia sangat penuh perhatian dan kasih sayang kepada anjing peliharaannya. Cintanya kepada anjingnya sangat dalam. Semua kebutuhan si anjing disediakannya. Apa saja. Mulai dari pakaian, makanan, hotel, kendaraan, Android dan lain seterusnya. Itulah alasan si anjing sangat setia kepada tuan Rajanya itu. "Betapa bahagianya menjadi anjing kerajaan", kata salah seorang rakyat yang merasa iri menyaksikan kesejahteraan si anjing. "Lebih enak jadi anjing daripada jadi manusia di kerajaan ini," kata seorang lainnya.
Suatu ketika, si anjing diserang penyakit aneh. Semua dokter ahli maupun tabib binatang sudah mencoba menyembuhkan sakit yang diderita si anjing, namun hasilnya hampa dan semuanya sia-sia. Si anjing bertambah parah. Semua dukun sakti, paranormal, dan sejenisnya diultimatum oleh sang Raja untuk datang dan bersatu mengobati penderitaan anjing kesayangannya. Tapi, sayang seribu sayang, hasilnya tetap nol besar dan kosong. Si anjing kini diambang sakaratul maut, malaikat pencabut nyawa sepertinya mulai ngantor lagi. Dan betul, Selama hampir seratus hari terbaring sakit, akhirnya si anjing meninggal dunia. Mati disaksikan oleh kemewahan harta dan tahta tuannya.
Berita kematian anjing sang Raja tersebar cepat di telinga Rakyat. Jutaan orang datang melayat, jutaan kepala tunduk berduka atas Kematian si anjing, jutaan pasang mata menangis, mereka dari berbagai wilayah hadir serta mengupacarai pemakaman si anjing. Memberikan penghormatan terakhir kepada si anjing. "Selamat jalan anjing!". Kata orang-orang yang berkerumun itu.
Semenjak kematian anjingnya, sang Raja mengalami luka yang serius di bagian dalam dada dan kepalanya. Selera makannya lenyap. Semangat hidupnya pudar. Akhirnya, ia pun sakit. Semakin hari, sakitnya beranak ke mana-mana, menguasai sekujur tubuhnya. Semua ahli penyembuhan sudah menyerah. Tidak ada alamat sang Raja untuk sehat. Keluarga kerajaan sudah putus asa dan pasrah.
"Hanya satu obat penawar yang bisa menyembuhkan sakit ini," kata seseorang berbisik ke telinga orang yang ada di sebelahnya. "Inilah satu-satunya penyakit yang bahkan nabi Isa tidak mampu menyembuhkannya. Hanya dan hanya satu obatnya".
"Apa itu?"
"Hanya mati!"
Orang yang dibisiki itu pun tertunduk dan menggeleng-gelengkan kepalanya, tanda paham. Wal-akhir, selama hampir seratus jam sang Raja merintihkan sakitnya, ia pun mati dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Raja yang lebih firaun dari Firaun itu sudah tiada. Raja yang lebih anjing dari anjingnya itu sudah pergi dan tidak ada jalan baginya untuk kembali atau pulang.
Kekuasaannya berakhir menggenaskan. Dan yang lebih menggenaskan, tidak ada satupun dari rakyatnya yang menghadiri pemakamannya. Hanya dihadiri oleh tukang gali kubur dan beberapa keluarga kerajaan. Sungguh tragis. Orang-orang yang kebetulan tahu kabar kematian sang Raja pun tertawa sambil berkata, "selamat jalan, anjing!". [?]

0 komentar:
Posting Komentar