Alkisah. Seorang lelaki miskin dengan keluarga kecilnya sudah hampir tiga hari lima malam tidak makan. Miskinnya bersungguh-sungguh. Miskinnya tidak main-main. Benar-benar miskin. Mereka sekeluarga tidak mengalami peristiwa lapar lagi melainkan sudah kelaparan. Namun hebatnya, meski perutnya kosong, dadanya tidak ikutan kosong. Diisinya selalu dengan dzikrullah. Di dalam kemelaratan dan kelaparannya, Keyakinannya kepada Tuhan yang maha pemberi makan lagi maha penyayang tidak sirna. Di dalam penderitaan dan kesusahan hidupnya, Frekwensi cintanya kepada baginda Muhammad tidak lenyap. Sungguh jarang pemandangan seperti ini ditemukan di abad jahiliyah modern sekarang ini.
Di tengah puncak kelaparannya itu, Ia didatangi salah seorang wartawan yang memintanya untuk diwawancara, diliput kondisinya, direkam penderitaannya dan ditayangkan kemiskinannya di layar tv. Lelaki miskin yang kasihan itu pun mengamini niat baik sang wartawan. Jadi maka jadilah liputannya tayang dan ditonton penduduk bumi, tentu yang punya televisi.
Tampil di layar tv, saat ditanya tentang harapan dan inginnya, lelaki miskin itu tiba-tiba saja mendongakkan kepalanya ke langit dan menengadahkan kedua tangannya seraya berdoa; "Tuhanku, hambaMu kelaparan, berilah makan. Min haitsu laa yahtasib! Min haitsu laa yahtasib! Min haitsu laa yahtasib! Amin." Hanya kalimat itu yang diulang-ulangi selama disorot kamera oleh kameramen.
Belum sehari, berita tentangnya sudah menjadi viral di mulut orang-orang. Berbagai respon pun meluncur. Ada yang mengutuk-ngutuk siapa tetangganya. Ada juga yang mencaci sanak familinya. Bahkan ada yang hingga melaknat siapa pemerintahnya. Di tengah kehebohan itu, salah seorang caleg di wilayahnya ikut serta menyaksikan luka lelaki miskin itu. Akhirnya dengan niat baik terselubungnya, ia pun memberikan perintah kepada tim suksesnya untuk menyantuni lelaki miskin itu berupa sembako satu bulan. "Bilang sama dia, kalau bantuan ini dari saya! Sebut nama saya tiga kali! Saya ikhlas!"
Maka berangkatlah tim sukses si calon legislatif itu menemui serta membawakan bantuan sembako untuk lelaki miskin itu. Betapa girang-gembiranya mereka sekeluarga menerima bantuan itu. Berulang-ulang lelaki miskin itu mengucap "Alhamdulillah". Hanya Allah yang pantas dan wajib dipuja-puji. Di tengah kegembiraan sekeluarga miskin itu, salah seorang dari tim sukses bertanya, "apa anda tidak mau tahu siapa yang mengirim dan memberi bantuan ini?". Lelaki miskin itu pun tersenyum seraya berkata; "Oh... tidak usah dan tidak perlu. Sampaikan saja ucapan terima kasih saya, siapapun orangnya itu tidak penting, karena kalau Tuhan yang berkehendak dan memberi perintah, maka bahkan setan dan iblis sekalipun akan taat melakukannya. Heuheu!
Selasa, 02 Juli 2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Cermin

0 komentar:
Posting Komentar