Jumat, 21 Februari 2020

Cemburu Itu Luka

Sayang, apakah kamu tahu?
Bencana dalam cinta itu adalah cemburu
Ya, aku cemburu
Aku ingin ceritakan padamu hal itu
Sayangku,
Aku selalu ingin menatap wajahmu yang lucu
Mengawasi aktivitas keseharianmu di balik layar hapeku
Itulah mengapa aku sangat betah di beranda fesbukmu
Hanya itu yang bisa kulakukan untuk menyembuh rinduku
Rindu yang begitu sangat menyiksaku
Sebab sangat ingin bertemu kamu.
Sayang,
Aku selalu cemburu kepada ratusan temanmu
Yang menekan tombol like di bawah foto-fotomu
Apalagi mereka yang sampai berkomentar mesra kepadamu
Aku seperti ingin membunuh mereka satupersatu
Ya, aku benarbenar ingin menghabisi nyawa mereka semua itu
Tapi, di negara ini, tak ada hukum dan undang-undang perihal cemburu
tak ada ulama yang mau berfatwa khusus mengenai syariat cemburu
Tak ada politisi yang berani menjadi negarawan untuk membela kaum pencemburu yang tertindas seperti aku
Padahal, menyebab cemburu bagiku adalah kekerasan yang sudah
terlalu
Sakitnya lebih berdarah daripada dilempari cadas batu
Perihnya bahkan lebih ngeri daripada dihujani ganas peluru
Aku tahu orang yang pernah jatuh cinta akan sepakat dengan pernyataan sikapku
Kecuali mereka-mereka yang cintanya cuma pura-pura dan atau main-
main itu
Cemburu itu biasa-biasa saja bagi mereka dan tak perlu reaksinya sampai begitu
Tapi maaf, aku tidak! Cemburu tidak sesederhana logika dan epistemologimu
Cemburuku tidak seremeh dan seramah cemburu orang-orang kebanyakan itu
Aku berbeda! camkan itu!
(Asal kamu tahu:
Aku cemburu begitu karena tuhanku maha pencemburu
Dialah yang telah mengajariku cinta dan ilmu cemburu
Dia pernah berwahyu di telingaku yang batu, “sesungguhnya aku bersama hambaku yang pencemburu”
Sejak saat itu, jadi! maka jadilah aku iblis pencemburu)
Sayang, kamu harus tahu:
Aku selalu cemburu saat melihatmu berdua-duaan di foto dengan lelaki lain.
Aku tidak peduli siapa mereka itu. Tapi setiap ku lihat kamu dan dia itu,
Dadaku tiba-tiba sesak, belukar perasaanku terbakar, mataku menyalakan bara memerah memarah. Seekor Anjing dalam diriku mengerang, menggeram, menerkam-nerkam dari dalam. Ingin sekali rasanya kutarik kerah baju lelaki itu, kuludahi dia dengan cacian kata-kata di batang hidungnya yang belang dan belagu, kumuntahi dia dengan sumpah serapah lalu kugamparkan tampar tinjuku tepat ke mukanya yang sangat menjengkelkan itu. Cih!
Sayang, kamu harus tahu:
Aku juga pasti cemburu saat kamu bercerita tentang kisah deretan kasih mantanmu.
Apalagi setelah kuselidiki dan kutahu ternyata dia lebih alim dan tampan dariku.
Cemburu dan gundahku akan semakin berlipat-lipat menggulana, panasnya mengganda menggada.
Lelaki baik hati yang telah mencampakkanmu itu,
ingin sekali rasanya kutaruh kata bangsat dan keparat di belakang namanya.
Ingin kurobek mulutnya yang penuh manis yang pernah ia pakai untuk menyatakan cintanya padamu.
Ingin sekali kucongkel matanya yang perbawa yang ia gunakan untuk
memandang dan memotret kecantikanmu, namun setelah itu ia gunakan untuk mengiris-iris kesetiaanmu. Ih!
Ijinkan aku mencabik-cabiknya,
Aku ingin mencincang-cincang daging perasaanya yang telah masuk dan tega menghancurkan hati dan ketulusanmu. Akan kucari mereka semua walau sampai ke negri cina, walau sampai ke liang neraka, akan kucabut kenangan dan seluruh ingatan tentangmu di tenggorokannya. Cih!
Sayangku, kamu harus tahu:
Aku selalu cemburu setiap hari. Terutama kalau seharian kamu tidak membalas pesan-pesan singkatku. Anak kecil yang bersembunyi dalam kepalaku selalu berpikir kalau-kalau kamu sedang dibikin sibuk oleh lelaki lain yang sedang mengincar hatimu.
Pasti kamu sudah sedang digeniti oleh entah siapa itu.
Aku selalu membayang; ada lelaki yang sedang mendekatimu, dia sedang merayumu, dia sedang mengumpulkan kekuatan untuk menaklukkanmu, menghimpun strategi untuk memilikimu,
Aku membayang: dia sedang sering-seringnya menelpon atau
mengirimimu rayuan singkat dan emot bunga di hapemu, atau bisa jadi sekarang dia sedang bertamu di kostmu, mengapelimu, membacakanmu puisi, menyanyikanmu lagu-lagu favoritmu, cuh!
Aku selalu membayang; jangan-jangan sekarang dia sedang duduk berdua denganmu tanpa spasi, bisa jadi sekarang dia sedang berencana mencolek-colekmu, atau jangan-jangan dia bahkan sedang membonceng mesra kamu keluar ke suatu tempat dengan motornya. Oh, aku tak tahan melihatnya! Aih! Perih!
Sayang, ketahuilah:
Setiap itu membayang-membayang, berdenyat-denyut di pikiran, aku disini hancur berantakan.
Aku hanya bisa berpura-pura tak tahu, lalu segera kuambil jurus
menghilang, pergi sejauh-jauhnya, berpaling dari pemandangan yang sangat mengerikan itu. Oh, menyedihkan! Aih!
Sayang, kamu harus tahu:
Aku juga bahkan selalu cemburu dan menaruh dendam kepada puisi- puisiku. Mereka itu sungguh tak tahu diri dan tak punya rasa malu. Mereka begitu genit dan lancang menggodamu.
Aku sangat benci mereka, karena ternyata mereka lebih intim dan
perhatian kepadamu dibanding aku yang culun dan sangat kaku.
Aku ingin melucuti huruf-hurufnya, mematah-matahkan kata-katanya, mendamprat seluruh rayuan gombalnya, lalu kuambil pisau dapur untuk kemudian kubalaskan kesumatku, kutikam-tikam puisiku itu tepat di pusat jantungnya, sampai mereka memohon ampun padaku, akan kubikin mereka berdarah-darah, sampai mereka semua mampus di tanganku. Uh!
Sayang, kamu harus tahu:
Aku pun cemburu kepada buku-buku yang jumlahnya ratusan di kamarmu itu. Aku iri! mereka bisa dengan bebas menemanimu, menghiburmu, dan selalu bisa leluasa memandang wajahmu. Ah!

Aku juga cemburu kepada film-film yang kau tonton, cemburu kepada lagu-lagu yang kau dengarkan, cemburu kepada quotes-quotes yang kau kutip, cemburu kepada bakso dan es krim yang kau makan, cemburu kepada paper kuliah yang kau kerjakan, cemburu kepada dosen yang mengajarmu di perkuliahan, cemburu kepada setiap jalan yang kau lewati, cemburu kepada motor yang kau kendarai, cemburu kepada rumah dan kota yang kau tinggali, cemburu kepada apa saja dan siapa saja yang berhasil mencuri perhatianmu. Aku cemburu! Benar-benar cemburu! Dan semua itu sangat menyakitkan hatiku! Aih!
Sayang, aku tahu cemburuku sudah sungguh terlalu
Tapi dialah saksi cintaku yang betapa liar dan dalam padamu.
Aku tidak malu mengatakan ini itu
Karena seluruhnya datang dan keluar dari dalam ragasukmaku
Terserah apa katamu, beginilah aku, dan demikianlah aku: Pencemburu dan sangat mencintaimu
(Aku suka caraku mencintaimu:
Mencintaimu dengan cara yang sakit, karena cemburu itu luka yang tak akan usai, sakit yang tak akan selesai-selesai)
Dirja Wiharja

3 komentar:

Muh Luthfi mengatakan...

assalamualaikum senior.
tabe senior, bisa sya pinjam kalimat profil ta untuk cetak di baju?

Dirja Wiharja mengatakan...

Boleh. Silahkan

Muh Luthfi mengatakan...

iye terimahkasih senior.

Posting Komentar

Cermin

Cermin
 
© Copyright 2035 Jaahil Murokkab